Menunggu Gerimis di Ljubljana
Menunggu Gerimis di Ljubljana--Net
Mengacu pada jumlah "Electoral College" total 538, maka "Electoral College" yang ter-publish" telah mencapai 521. Berarti tersisa tinggal 17 suara lagi. Seandainya, katakanlah ke-17 suara terakhir dimasukkan ke dalam "keranjang" Kamala Harris, jumlah maksimalnya hanya 243. Hingga 'esai' ini ditulis, Donald Trump telah mengumpulkan 295 suara "Electoral College".
Di sisi lain, untuk suara. Trump telah mendapatkan 72,7 juta suara (51 persen), dan Kamala Harris 68,1 juta (48 persen). Namun persentase ini tidak mempengaruhi. Hasil "Electoral College" lah yang akan memilih anggota, di mana kemudian mereka yang bakal menentukan Presiden terpilih.
BACA JUGA:Yamaha Gear 125, Matic Baru Seharga Honda BeAT, Segini Harganya!
Mengapa rakyat AS memilih Donald Trump yang populis? Mengapa tidak memilih "Sang Bunga Teratai", Kamala Harris? Dalam bahasa Sanskerta Kamala adalah "Bunga Teratai". Kamala, terlihat cerdas dan tenang. Sementara Donald Trump lebih emosional. Why?
Meskipun, kesan di mata publik dunia. Mungkin juga di mata publik (AS). Kemenangan Trump akan lebih membawa dunia pada "keributan". Sementara Kamala Harris dinilai, akan lebih mudah me-menej konflik. Terutama krisis Palestina secara lebih "advanced".
Saya teringat dengan politisi ulung AS, Henry Kissinger. Dia bukanlah diplomat terbaik, namun dia tahu struktur politik dan intrik. Keberadaannya merupakan "kartu as" (truf) bagi Presiden Richard Nixon. Mengalahkan, atau menyingkirkannya, akan menyebabkan kekacauan.
Apalagi? Donald Trump, seperti halnya Henry Kissinger. Terlalu banyak tahu di banyak bidang dan aspek. Dia juga banyak memiliki sekutu, sehingga Trump bisa mengatur posisinya sendiri harus di mana, dan seperti apa? Partai Republik, tergiring hanya punya satu calon "gaek" yang sudah 78 tahun. Tak adakah yang lebih muda?
BACA JUGA:Abadi Melampaui Zaman, Warisan Budaya yang Hidup Hotel Tertua Dunia dari Masa ke Masa
Bisa jadi keyakinan Partai Republik telah dihitung betul. Membandingkan Donald Trump (78), dengan Kamala Harris (60), Kamala jauh lebih memiliki aura menyenangkan (dikasihi) dan muda. Tidak berwajah intrik. Sementara Trump, berkesan justru sebaliknya.
Suatu ketika filosof Italia dan pakar realitas politik Niccolo Machiavelly (1469-1527) menyebut, "dalam kehidupan adalah lebih baik disegani. Ketimbang harus dikasihi. Rakyat AS lebih memilih Trump. Mungkin, karena lebih disegani sekaligus dikasihi.
Sebelum dilantik 20 Januari 2025, Donald Trump, sepertinya akan kembali mengunjungi Ljubljana. Mudik mengunjungi kerabat sang isteri (Melania Trump). Juga mertua: Viktor Knavs dan Amalija Knavs. *(Sabpri Piliang)