Makanan ini menjadi simbol penghormatan kepada nenek moyang dan sering disajikan dalam upacara adat seperti Mangokal Holi (memindahkan tulang leluhur).
Menurut kepercayaan setempat, roh leluhur akan melindungi keturunan mereka jika mereka dihormati dengan benar melalui sajian makanan ini.
Sebaliknya, jika upacara dan penyajian makanan ini dilakukan dengan tidak sepenuh hati, roh-roh leluhur diyakini akan marah dan menyebabkan malapetaka bagi keluarga tersebut.
BACA JUGA:Kuliner Khas Jepang, yang Telah Ada di Indonesia : Rasa Unik dan Enak! Incaran Wisatawan!
BACA JUGA:Kuliner khas Cirebon dengan Berbagai Rasa Unik dan Otentik, Bagi yang Menikmati!
Mitos ini membuat masyarakat Simalungun sangat berhati-hati dalam menyajikan Tudu-Tudu Sipanganon, karena mereka percaya makanan ini adalah penghubung antara dunia manusia dan dunia arwah leluhur.
4. Nira Minuman Alamiah dengan Energi Mistis
Nira adalah minuman tradisional yang berasal dari pohon enau atau aren, yang disadap dari tangkai bunga pohon tersebut.
Di Simalungun nira menjadi minuman yang sangat populer, terutama di kalangan masyarakat pedesaan. Selain rasanya yang manis dan menyegarkan, nira juga memiliki nilai spiritual yang tinggi.
Ada mitos yang mengatakan bahwa nira yang disadap pada pagi hari dianggap memiliki "kekuatan alami" yang dapat memberikan energi dan kesehatan.
BACA JUGA:Rekomendasi 7 Tempat Kuliner Bali yang Populer dan Enak
BACA JUGA:Inilah Kuliner Gresik Yang Legendaris dan Enak, Tidak Hanya Nasi Krawu Saja!
Beberapa masyarakat Simalungun percaya bahwa mengonsumsi nira pada waktu-waktu tertentu dapat meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
Selain itu nira juga sering digunakan dalam upacara-upacara adat sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.
Masyarakat percaya bahwa roh alam hadir dalam pohon aren dan memberikan kekuatan mistis pada minuman ini.
Namun, ada juga kepercayaan bahwa nira yang tidak disadap dengan benar dapat berubah menjadi anggur beracun atau tuak yang dapat mendatangkan kemalangan bagi mereka yang meminumnya.