Desa Sidetapa terkenal dengan kerajinan tangan bambu yg mana hampir setiap ketua keluarga sebelum melakukan kegiatan menganyam bambu.
Hasil kerajinan bambu ini akan dijual di pasar tradisional serta tidak jarang wisatawan asing berkunjung ke desa ini buat melihat proses pembuatan kerajinan bambu.
Karakteristik khas dari Desa ini jua berupa bangunan sakral yang bernama Bale Gajah Tumpang Salu. Selain itu, tempat tinggal rakyat desa Sidetapa sendiri beratap seng dan dinding tanah.
BACA JUGA:Melihat Sejarah Suku Mebtawai: Tradisi Gigi Runcing Suku Mentawai
Serta untuk bangunan orisinil tidak menghadap ke jalan. Hal ini dikarenakan di masa kemudian desa ini tidak ingin mendapatkan dampak asal budaya Majapahit.
Tradisi
Upacara tata cara yg terdapat pada Desa Sidatapa merupakan Beriang Agung yang terdiri asal dua kata, yakni "Beriang" adalah Meberiong, Meberiug atau sinarengan, mebarengan serta "Agung" ialah akbar.
Tujuan tradisi ini artinya ngerebeg nyiatin satru yg berupa Buta-buti atau Butha Kala. Upacara besar ini dilaksanakan setiap 3 tahun sekali di pura desa. wahana upacara ini ialah kijang.
BACA JUGA:Menggali Sejarah Suku Batak, Dari Pusuk Buhit hingga Danau Toba!
Tidak hanya upacara Beriang Agung, ada juga upacara Sangyang Gandrung yang artinya upacara pecaruan selama 42 hari menggunakan iringan tari Sangyang. Tarian ini dibawakan sang 2 orang perempuan lajang sebagai simbol dedari.
Adat Gandrung sebagai simbol genderuwo yang ditarikan oleh berpakaian perempuan. Upacara ini dilaksanakan setiap tiga tahun sekali dengan sarana upacaranya segehan caru yang diletakkan pada pintu gerbang rumah.
3. Desa Trunyan
Sejarah serta Lokasi
BACA JUGA:Mengilas Balik Sejarah Suku Dayak di Kepulauan Kalimantan
Desa Bali Aga selanjutnya berlokasi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Nama desa ini adalah Desa Trunyan yang diambil dari 2 istilah, yakni 'Taru' yg berarti pohon dan 'Menyan' berarti harum.
Karakteristik khas