Sejarah di Balik Shalat Tarawih Pada Zaman Rasulullah SAW

Sejarah di Balik Shalat Tarawih Pada Zaman Rasulullah SAW-ilustasi-ilustrasi

Kemudian pada malam yang keempat, masjid sudah penuh dengan jama'ah hingga akhirnya Beliau keluar hanya untuk salat Subuh. Setelah Beliau selesai salat Fajar, Beliau menghadap kepada orang banyak kemudian Beliau membaca syahadat lalu bersabda:

"Amma ba'du, sesungguhnya aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut nanti menjadi diwajibkan atas kalian sehingga kalian menjadi ke beratan karenanya" . Kemudian setelah Rasulullah willallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, tradisi salat (tarawih) secara berjamaah terus berlangsung seperti itu. (HR. Bujari, 1873).

BACA JUGA:Menggali Kelezatan, 7 Kuliner Khas Ramadan Riau yang Lezat untuk Menyambut Berbuka Puasa

BACA JUGA:Tongkonan! Mengulik Rumah Adat Toraja yang Memiliki Banyak Keunikan

Hadits di atas mengungkapkan kasih sayang Rasulullah kepada umatnya, ketika Nabi Muhammad SAW melaksanakan salat Tarawih, malam pertama Rasulullah Tarawih, sebagian sahabat mengikutinya.

Paginya para sahabat banyak yang membahas mengenai Tarawih, ketika malam kedua Rasulullah kembali salat Tarawih jamaahnya bertambah banyak, begitu pula dengan malam ketiga yang semakin banyak umat salat Tarawih.

Dilansir dari buku Tuntunan Puasa, Tarawih, dan salat Idul Fitri ditulis oleh Hamka, dijelaskan asal mula penyebutan salat malam khusus di bulan Ramadan adalah salat Tarawih, berdasarkan hadits di bawah ini:

Hadits Nabi SAW:

BACA JUGA:Menjadi Identitas Negara! Begini Jejak Sejarah Batik di Indonesia

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat 6 Budaya Suku Jawa

"Adalah Rasulullah, salat empat rakaat pada malam hari. Kemudian baginda istirahat. Beliau istirahat cukup lama sehingga kasihan aku melihatnya." (HR. al-Baihaqi).

Meskipun salat Tarawih yang dilakukan Rasulullah dua rakaat satu salam, namun akan berhenti istirahat setiap empat rakaat dua salam, hal ini dalam bahasa arabnya disebut Tarwihah, jadi seluruh salatnya dinamai Tarawih.

Imam Al-Mawardi dari madzhab As-Syafii melanjutkan bahwa akhirnya Ubai bin La'ab menginisiasi mulai pada masa Rasulullah SAW masih hidup juga pada masa Abu Bakr As-Shiddiq ra hingga awal masa pemerintahan Umar bin Khattab ra dengan mengumpulkan masyarakat untuk salat bersama di sepuluh awal dan sepuluh pertengahan, sedang di sepuluh akhirnya beliau menyendiri sendiri.

Akhirnya Umar bin Khattab ra membuat keputusan untuk mempatenkan salat berjamaah di bulan Ramadan ini dengan imam tetap Ubai bin Ka'ab.

BACA JUGA:Membongkar Kembali Sejarah Peradaban Suku Jawa

Tag
Share