Silalahi Ande-ande

Dahlan Iskan--Tomy/Pagaralampos

BACA JUGA:Arus Kendaraan Mulai Padat, Satlantas Turunkan Patroli KTL Atur Lalin di Objek Wisata

Ikannya segar: dari keramba nila di tepian Danau Toba. Terlihat begitu banyak keramba mengapung di situ.

Pemilik resto punya teknik sendiri untuk membuat ikan keramba itu gurih. Dia bisa menghilangkan bau lumpur di ikan bakarnya.

Caranya: tiga hari sebelum dibakar, ikan itu disuruh puasa dulu. Cara berpuasanya: setelah diambil dari keramba ikan dimasukkan kolam air tawar.

BACA JUGA:Banyak Peminat di Pasaran! Ini Deretan Mobil Bekas Dengan 7 Penumpang Favorit

Tidak diberi makan apa pun selama tiga hari. Dengan demikian nila tersebut menjalani detox selama tiga hari.

Harapannya: sisa-sisa makanan keramba (pelet) terkuras habis dari perut dan ususnya.

Maka kalau semula kami memesan ikan bakar sebagai pematut untuk nebeng makan durian jadilah kebablasan. Ikan bakar itu ludes. Beserta sambal dan nasinya.

Akibatnya durian di pikap masih tersisa banyak. Harus menyusun jadwal baru di mana akan menghabiskannya.

BACA JUGA:Resmi Dibuka, Pemesanan Geely Galaxy V900 MPV 1.200, Simak Spesifikasi Lengkapnya!

Perjalanan masih panjang. Masih banyak kesempatan untuk membuat jalan kenangan. 

Desa Silalahi sungguh berbatu. Tidak mungkin menjadi sumber kemakmuran –pun di masa depan. Maka keramba ikan itu masih merupakan sumber penghasilan penting.

Memang keramba bisa mengancam kelangsungan alami Danau Toba. Tapi sebelum ditemukan cara menghapus kemiskinan di pinggirnya rasanya sulit melarangnya.

Memang ada sumber penghasilan lain: menenun ulos Silalahi. Saya mampir ke tempat penenunan binaan Pemkab Dairi.

BACA JUGA:Ketahui! Ekspor Naik 144 Persen, BYD Kuasai Pasar Global 2025

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan