Silalahi Ande-ande
Dahlan Iskan--Tomy/Pagaralampos
Menantu Pak Iskan sangat menikmatinya –lalu menambah koleksi tenun dan ulosnyi.
Tapi tenun tetap sulit mendapat tempat di tengah murahnya produk tekstil modern. Itu hanya bisa dipakai alat bertahan. Tidak bisa dipakai sebagai jalan menuju kemakmuran.
Kalau pun mereka masih tertolong oleh ulos itu karena pegawai Pemkab Dairi wajib seragam ulos Silalahi seminggu sekali.
Kampung Silalahi benar-benar terjepit antara danau dan gunung tebal di belakangnya.
BACA JUGA:Siap Gebrak Pasar, Station Wagon Mewah Genesis G90 Wingback, Ini Spesifikasi Lengkapnya!
Pemkab Dairi sudah mencoba mencari jalan keluar: menembus isolasi Silalahi dengan cara membangun jalan tembus menuju kabupaten tetangga di kanannya: Kabupaten Samosir.
Anda sudah tahu: Kabupaten Samosir tidak hanya pulau Samosir yang di tengah Danau Toba itu.
Kabupaten Samosir juga mencakup wilayah di seberang pulau. Sibea-bea, lokasi patung Yesus tertinggi di dunia, tidak terletak di pulau Samosir, meskipun termasuk Kabupaten Samosir.
Maka Sibea-bea mestinya bisa ditembus dari Silalahi. Sama-sama di pinggir danau. Lokasinya bersebelahan.
Sebenarnya Silalahi dan Sibea-bea itu ibarat ''masih jauh di hati tapi dekat di mata''. Hanya perlu jalan tembus di pinggir danau.
Jalan itu sudah dibuat oleh Pemkab Dairi. Sudah sampai di perbatasan Kabupaten Samosir. Tapi pihak Samosir belum membuat jalan tembus untuk menyambut sambungannya itu.
Ibarat orang salaman, Dairi sudah mengulurkan tangannya. Hanya belum bersambut.
Tentu suka-suka bupati Samosir untuk menyambutnya atau tidak. Tidak banyak keuntungan didapat Samosir.
Tapi bernegara tidak hanya soal untung dan rugi. Gubernur Sumut perlu turun tangan. Gubernur bisa mengoordinasikannya –sambil memberi sedikit dana pembangunannya.