Bulgalbi Ortodok
Disway--Pagaralam Pos
Orang Kristen Ortodok juga tidak mau masakan orang Islam. Mereka punya syariah sendiri. Sebelun menyembelih hewan harus menggerakkan jari tiga kali: dada kiri, kanan dan dahi.
Saya ingat sopir travel ini tidak mau makan saat di Negash. Ikut masuk warung tapi tidak ikut makan. Tidak pula mau minum.
BACA JUGA:Mencicipi Kelezatan Kuliner Khas Semarang Yang Menggugah Selera!
"Ini kan hari Jumat. Hari puasa," katanya. "Kami Ortodok harus puasa tiap hari Jumat dan Rabu," tambahnya.
Selasa lalu mereka juga sudah mulai puasa yang lain: puasa menjelang hari Paskah. Yang Kristen dan Katolik baru mulai puasa dua minggu lagi. Bagi penganut Ortodok puasa paskahnya 55 hari. Yang selain Ortodok 40 hari.
Begitu banyak hari puasa di Ortodok --meski puasanya lebih ringan.
Puasa itu berlaku sejak tengah malam sampai tengah hari berikutnya. Maka ketika sang sopir saya ajak makan seusai salat Jumat ia mau.
BACA JUGA:Makanan Khas Gorontalo Terenak ,Yuk Cobain?
Kami berangkat meninggalkan gereja Ortodok itu. Ke tengah kota Makelle. Parkir di depan bangunan lama. Seperti bukan restoran. Trotoar di depan bangunan itu lagi dibongkar. Trotoar baru sedang dibangun: lebar sekali. Pakai paving model Makelle. Di mana-mana trotoar lagi dibongkar. Pertanda ada geliat pembangunan.
Di dalam restoran itu ruangannya luas sekali. Redup. Bisa untuk 500 pengunjung. Restoran besar.
Saya tidak tahu ada masakan apa saja di situ. Saya serahkan pada Si sopir untuk memesankan.
Datanglah satu baki besar. Mirip sajian gaya Arab. Isinya potongan-potongan roti, salad sayur, gulungan roti, saus dan berbagai sambal. Kami makan sebaki berdua. Pakai tangan.
BACA JUGA:4 Makanan Khas Semarang yang Terkenal Enak dan Wajib Dicoba
"Sebentar lagi dagingnya datang," katanya.
Benar. Tempat dagingnya seperti tempat dupa. Potongan daging menggunung di dalamnya. Di bawah tumpukan daging itu arang. Membara. Daging pun terjaga panasnya.