Liem Din
Disway--Disway
Bentuk gedungnya pakua: segi delapan. Di tengah-tengah gedung itulah patung besar Liem Sioe Liong ditempatkan. Posisinya duduk di kursi. Warna patungnya putih polos. Posisi duduknya mengingatkan saya pada patung Presiden Abraham Lincoln di Washington DC.
BACA JUGA:Lagi Mencari Refrensi Liburan yang Menyenangkan? Berikut Ini dia 6 Daftar di Malang!
Hanya patung itu satu-satunya benda di lobi pendopo di tengah-tengah gedung. Saya sebut pendopo karena plafon lobi yang luas itu bukan gaya Tiongkok. Kesan saya lebih mirip gaya joglo Jawa.
Ada empat ruang besar di kanan kiri lobi tengah itu. Ruang satu berisi kisah masa kecil Liem Sioe Liong. Sejak dilahirkan sampai berangkat merantau ke Nan Yang.
Bagi saya inilah ruang yang paling menarik. Bagaimana Liem dibesarkan. Bagaimana ia terkesan dengan ayahnya yang membagi habis nasi untuk anak-anaknya tanpa menyisakan untuk dirinya sendiri.
Liem juga teringat bagaimana dipukul ayahnya ketika ia ketahuan berbohong. "Kamu harus ingat seumur hidupmu tidak boleh bohong".
BACA JUGA:Miris, Toilet RSUD Besemah Kotor, Warga Pagaralam Mengeluh!
Saya menghabiskan waktu hampir dua jam di ruang satu ini. Foto-foto lamanya sangat menarik.
Di ruang dua berkisah tentang awal mulanya menjadi pedagang kecil. Lalu bertumbuh. Orang yang ia anggap berjasa dalam karier dagangnya adalah orang Padang. Namanya Hasan Din.
Liem mengenangnya sebagai penyebab hoki-nya.
Waktu itu Hasan Din dikejar-kejar Belanda. Seorang tokoh Tionghoa di Kudus minta agar Liem menyembunyikan Hasan Din di rumahnya. Liem pun menampung Hasan Din selama dua tahun.
Kelak Hasan Din jadi tokoh perang kemerdekaan dan tokoh hukum di pemerintah. Liem sendiri dianggap sebagai ikut berjuang untuk negara.
Kelak Liem menjadi sangat dekat dengan Soeharto. Di zaman Soeharto inilah Liem menjadi Raja terigu lewat Bogasari-nya.
Di ruang tiga saya hanya sebentar. Inilah ruang yang menceritakan kiprah usaha Liem sampai ke berbagai negara di dunia.