Mulus Pegasus
Disway--Disway
Lalu saya tengok ke kanan bawah. Terlihat muara sungai yang sangat lebar. Airnya sangat keruh. Saya pun tahu: itu pasti muara sungai Mahakam.
BACA JUGA:Penanganan Sampah Tanggungjawab Bersama
Besarnya kerumunan kapal besar tadi ada hubungannya dengan muara sungai ini.
Sungai Mahakam bermuara di laut Selat Makassar. Begitu mendekati laut, sungai Mahakam bercabang-cabang. Banyak sekali. Di semua cabangnya tetap bernama sungai Mahakam.
Cabang paling kanan disebut Handil II. Ada dermaga di pinggir muara itu. Dulu, orang dari Surabaya yang mau ke Samarinda harus turun pesawat di Balikpapan. Lalu naik kendaraan umum ke Handil II. Dari sini naik speed boat ke Samarinda.
Dari Handil II itu terlihat air sungai Mahakam masuk laut.
BACA JUGA:Bendung Hoaks, Kawal Netralitas ASN
Belakangan sudah ada jalan raya Samarinda-Balikpapan. Ada pula jalan tolnya. Samarinda sendiri sudah punya bandara.
Percabangan sungai Mahakam yang banyak itu terlihat indah dari udara. Seperti pohon pisang berdaun banyak. Saya hitung daun itu: 25 cabang. Kalau tidak percaya hitung sendiri.
Cabang muara paling kiri disebut Muara Badak. Kerumunan kapal besar tadi tidak jauh dari Muara Badak itu.
Itulah kapal-kapal yang menunggu tongkang. Tidak bisa masuk sungai Mahakam. Batubara diangkut dengan tongkang. Menyusuri sungai Mahakam.
BACA JUGA:Film My Sassy Girl: Romansa Dua Orang dengan Kepribadian Berbeda
Satu tongkang berisi sekitar 7.500 ton batu bara. Tongkang ditarik melewati Muara Badak. Lalu menuju kapal besar. Di tengah laut itulah batu bara dipindahkan. Dari tongkang ke kapal besar. Kalau satu kapal berisi 100.000 ton, berarti 15 tongkang yang harus memindahkan muatan.
Betapa sibuknya bongkar muat batu bara di tengah laut itu. Kejujuran mendapatkan ujian terbesarnya di tengah laut.
Saat pesawat melewati sungai Mahakam saya menoleh ke jendela kanan: ampuuuuuun!!!