BACA JUGA:Suku Gayo Salah Satu Etnis Tertua di Nusantara, Begini Sejarahnya
Padahal, masyarakat nusantara sangat memuja makhluk mistis tersebut.
Karena mereka sangat toleran dan akan menyapa, misalnya saat Anda melintasi atau memasuki kawasan asing dan mempesona.
Masyarakat Indonesia sebenarnya memiliki pemahaman yang lebih canggih tentang Tuhan.
Tuhan tidak seperti yang dibayangkan manusia, seperti duduk di singgasana, mudah cemburu, mudah marah, marah jika tidak disembah, dan menghukum dengan berbagai bencana alam.
BACA JUGA:Jejak Peradaban Suku Kerinci, Menelusuri Sejarah dan Kebudayaan yang Kaya
BACA JUGA:Jejak Sejarah Suku Komering Sumatera Selatan
Jadi lucu rasanya bangga bahwa seseorang paling memahami Tuhan.
Sekalipun mereka semua hanya tuhan yang diciptakan (al ilah al mahluk fi al i'tiqad), bahkan tuhan yang diciptakan karena iman (al ilah al makhluk fi al i'tiad).
Allah juga berfirman: “Aku akan memenuhi harapan hamba-Ku!
” Oleh karena itu, agama Kapityan tidak pernah merendahkan atau menghina agama, ibadah, dan kesalehan orang lain.
BACA JUGA:Benteng Fort Rotterdam, Saksi Sejarah Perlawanan Kerajaan Gowa
BACA JUGA: Termasuk Elkan Baggott, Tiga Pemain Timnas Indonesia Absen Lawan Vietnam
Mereka menilai orang berdasarkan tindakan dan kinerjanya, bukan berdasarkan simbol agamanya.
Doktrin-doktrin kitab suci memang telah memasung akal pikiran banyak manusia, di mana mereka kemudian menerima dan menganggapnya sebagai kebenaran mutlak.
Padahal kitab itu tetaplah ditafsirkan dan dijabarkan menurut akal si pentafsir.