BACA JUGA:Candi Prambanan, Pesona Sejarah dan Kebudayaan Indonesia di Mata Dunia
Baduy Dalam adalah kelompok yang paling ketat dalam mematuhi aturan adat.
Mereka tinggal di tiga kampung utama, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengenakan pakaian serba putih yang melambangkan kesucian dan ketaatan terhadap adat.
Di Baduy Dalam, tidak ada akses terhadap teknologi modern, dan mereka sangat menutup diri dari pengaruh luar.
Baduy Luar, di sisi lain, adalah kelompok yang lebih terbuka terhadap perubahan dan pengaruh luar.
BACA JUGA:Sejarah Suku Betawi, Serta Karakteristik Kepercayaan dan Kebudayaan yang Mempengaruhinya
Meskipun mereka tetap memegang teguh adat istiadat, mereka sudah mulai menerima pengaruh modern, seperti penggunaan pakaian modern dan akses terhadap teknologi tertentu.
Baduy Luar menjadi jembatan antara dunia luar dan Baduy Dalam, dengan peran sebagai pelindung adat dan penegak hukum adat di wilayah mereka.
Hubungan dengan Dunia Luar
Meski menutup diri dari dunia luar, Suku Baduy tetap memiliki interaksi dengan masyarakat luar, terutama dalam urusan ekonomi.
Mereka sering menjual hasil pertanian seperti padi, gula aren, dan madu hutan.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Unggulan di Jawa Barat, Menyibak Keindahan Alam dan Budaya!
Selain itu, kerajinan tangan seperti tenunan khas Baduy juga menjadi salah satu produk unggulan yang dijual kepada wisatawan yang berkunjung.
Namun, meskipun terdapat interaksi ini, Suku Baduy tetap menjaga jarak dengan pengaruh luar.
Pengunjung yang datang ke wilayah Baduy Dalam diharuskan mematuhi aturan adat yang ketat, seperti tidak boleh membawa alat elektronik, memotret, atau merekam.
Hal ini menunjukkan betapa kuatnya komitmen mereka dalam menjaga kelestarian tradisi di tengah arus modernisasi.
BACA JUGA:Misteri Candi Sukuh di Kaki Gunung Lawu, Warisan Budaya yang Sarat dengan Simbolisme!