Proses Bebehas hanya dilakukan oleh kaum ibu dan remaja putri dengan bergotong royong.
Tradisi ini melibatkan beberapa tahap, mulai dari memisahkan padi dari tangkainya (mengirik), menjemur biji padi (mengisal), menumbuknya dengan lesung untuk memisahkan bulir dari kulitnya, hingga menampikan biji padi.
Setelah selesai, hasil panen tersebut dibawa ke rumah yang mengadakan hajatan sebagai bentuk kontribusi.
Tradisi Bebehas mencerminkan nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan rasa syukur, namun sayangnya, tradisi ini mulai menghilang akibat perubahan pola hidup yang semakin individualistis.
Padahal, Bebehas bisa menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dan menjaga nilai-nilai luhur masyarakat pedesaan.
4. Tradisi Rumpak-Rumpak
Rumpak-Rumpak adalah tradisi untuk merayakan momen keagamaan, khususnya Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Kuto Batu, Palembang.
Tradisi ini diiringi dengan musik Terbangan, alat musik pukul yang menghasilkan irama unik seperti pukulan selang, kincat, jos, dan yahom.
BACA JUGA:Tradisi Unik Suku Bali Aga, Mepantigan dan Identitas Budaya di Pedalaman Bali!
Irama tersebut dipadukan dengan lantunan syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Pelaksanaan tradisi ini melibatkan generasi muda dan tua yang berkolaborasi dalam menyiapkan acara dan berkeliling dari rumah ke rumah untuk bersilaturahmi.
Melalui tradisi ini, masyarakat mengekspresikan rasa syukur dan kebahagiaan atas kemenangan setelah menjalankan ibadah.
Sayangnya, meskipun tradisi ini masih dijalankan, kepopulerannya mulai menurun di kalangan generasi muda yang lebih tertarik dengan budaya modern.
BACA JUGA:Eksplorasi Kekayaan Budaya Suku Jambi, Tradisi dan Kebudayaan yang Mengagumkan!
Melestarikan Rumpak-Rumpak berarti menjaga kebersamaan dan identitas budaya masyarakat Palembang.