Koin cent Hindia-Belanda selanjutnya diterbitkan lagi pada tahun 1914, 1916, 1921, 1932, dan 1933, namun kali ini dengan bahan dasar perunggu.
Untuk memastikan keaslian dan keamanan koin, setiap koin dilengkapi dengan mintmaster's mark, semacam tanda khusus yang berfungsi seperti tanda air pada uang kertas.
Pada periode ini, tanda khusus yang digunakan berupa sea horse atau kuda laut.
Pada tahun 1933 hingga 1939, dan 1945, koin cent diterbitkan lagi, kali ini dengan mintmaster's mark berupa grapes atau anggur.
BACA JUGA:Gunung Padang, Warisan Megalitikum di Indonesia, Benarkah Lebih Tua dari Piramida Giza?
Koin dari masa 1945 adalah yang terbanyak dicetak, dengan jumlah mencapai 400.000 keping, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada masa itu.
Pertanyaan yang Belum Terjawab
Meskipun telah banyak pendapat yang menguatkan bahwa koin ini kemungkinan besar adalah koin cent dari masa Hindia-Belanda, masih banyak teka-teki yang belum terjawab.
Pertama, bagaimana koin ini bisa berada di kedalaman tanah yang cukup dalam di situs Gunung Padang? Apakah ada faktor lain yang menyebabkan koin ini terkubur begitu dalam? Selain itu, setelah pembersihan karat, apakah ada bentuk atau fitur baru yang muncul pada koin tersebut?
BACA JUGA:Fenomena Batu Tapak Harimau di Situs Gunung Padang, Misteri Alam atau Jejak Sejarah?
Kontroversi mengenai koin purba dari situs Gunung Padang ini tidak hanya menyoroti masalah metode penelitian yang kurang tepat, tetapi juga menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang sejarah dan asal usul situs tersebut.
Apakah benar ada peninggalan dari masa ribuan tahun yang lalu di situs ini, ataukah penemuan ini hanyalah hasil dari interpretasi yang terlalu dini dan kurang tepat?
Hingga saat ini, misteri koin tersebut belum sepenuhnya terpecahkan.
Para arkeolog dan ilmuwan masih terus mencari jawaban yang lebih pasti mengenai asal usul koin ini dan bagaimana koin ini bisa berada di situs Gunung Padang.
BACA JUGA:Seram, Misteri di Balik Gunung Padang Apakah Ini Piramida Tertua di Dunia?
Namun yang jelas, temuan ini menjadi salah satu contoh bagaimana penelitian arkeologi yang tidak didukung oleh metode yang tepat dapat menimbulkan spekulasi dan kontroversi yang berkepanjangan.