Mengenali Monotiesme dalam Konteks Sejarah

Mengenali Monotiesme dalam Konteks Sejarah-ilustasi-ilustrasi

BACA JUGA: Termasuk Elkan Baggott, Tiga Pemain Timnas Indonesia Absen Lawan Vietnam

 Mereka menilai orang berdasarkan tindakan dan kinerjanya, bukan berdasarkan simbol agamanya.

Doktrin-doktrin kitab suci memang telah memasung akal pikiran banyak manusia, di mana mereka kemudian menerima dan menganggapnya sebagai kebenaran mutlak.

Padahal kitab itu tetaplah ditafsirkan dan dijabarkan menurut akal si pentafsir.

Dalam hal ini yang sebetulnya diikuti tetaplah "akal" sebatas kekuatan daya pikir si penafsir.

BACA JUGA:Dari Perdikan Cahyana! Begini Sejarah Pembuatan Saka Tatal Masjid Agung Demak

BACA JUGA:Massimiliano Allegri Marah-marah, Juventus Main Jelek

Jadi kemungkinan salah tetap ada. Tetapi tentu saja ini tidak berlaku bagi orang kepala batu yang sekalugus besar kepala.

Sebelumnya ada peradaban Paleoliticum. Mesoliticum, Neoliticum dan Megaliticum.

Agama Ibrahim lahir pada zaman megaliticum, batu muda akhir.

Oleh karena itu, maka simbol menghadap tuhannya juga dari batu.

Ada batu tegak palus zaman Palistik, ada Dom of Rock, ada batu kubus segi empat, dll.*

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan