Tiba-tiba Paha
Tiba-tiba Paha --Tomy/Pagaralampos
Untuk si Pasar Minggu Karina menawarkan 15 kali tindakan. Artinya, 1,2 miliar cell T baru sebanyak 15 kali. Si Pasar Minggu setuju.
Setelah tiga kali tindakan T cell, ia merasa lebih sehat. Lalu ingin mempercepatnya dengan pergi ke Guangzhou. Ke salah satu rumah sakit di sana.
Si Pasar Minggu sendirian ke Guangzhou. Kali pertama ke Tiongkok. Tanpa bisa bahasa Mandarin.
Di sana ia mendapat angin surga yang menyenangkan. Maka ia jalani pengobatan di sana: dilakukanlah TEACE/TACE. Pakai kateter. Lewat selangkangan.
BACA JUGA:Jangan Banyak Beretorika
Saya tahu TEACE. Saya pernah menjalaninya dua kali. Untuk TEACE obatnya dikirim lewat kateter. Langsung ke kanker.
Tugas obat itu: memutus seluruh saluran darah yang menuju kanker. Dengan demikian kankernya mati --tidak bisa dapat makanan.
Sebulan kemudian saya diperiksa. Saluran darah ke kanker itu ternyata "nyambung" lagi. Itulah keajaiban saluran darah. Kalau diputus akan selalu mencari jalan baru.
BACA JUGA:Mahasiswa STKIP Muhammadiyah Pagaralam Jelajahi Keindahan Bali
Dokter melakukan TEACE lagi. Saluran darah baru diputus lagi. Tujuan TEACE itu, dalam kasus saya waktu itu, memang sekadar untuk buying time: jangan sampai meninggal karena kanker di saat menunggu datangnya hati orang lain yang akan menggantikan hati saya --yang penuh kanker dan sirosis. Dengan TEACE itu setidaknya kanker sudah berhenti berkembang selama satu bulan.
Dengan TEACE sekali lagi setidaknya satu bulan berikutnya kanker berhenti berkembang.
BACA JUGA:Mahasiswa STKIP Muhammadiyah Pagaralam Jelajahi Keindahan Bali
Dengan pergi ke Guangzhou berarti si Pasar Minggu menjalani tiga terapi sekaligus: obat kanker paru yang Rp 40 juta/butir, T-cell di Dr Karina, dan TAeCE di Guangzhou.
Setelah TEACE itu ia boleh pulang. Tiga minggu kemudian harus balik lagi ke Guangzhou. Di-TEACE lagi. TEACE yang pertama membuat ia tidak bisa BAB satu minggu.
TEACE yang kedua membuat seluruh paha sampai selangkangannya melepuh-lepuh selepuh-lepuhnya.