Dulu Ramai, Kini Tradisi Bangunkan Sahur Mulai Hilang

Dulu Ramai, Kini Tradisi Bangunkan Sahur Mulai Hilang--pagaralampos

KORANPAGARALAMPOS.CO -  TRADISI membangunkan sahur yang dahulu menjadi bagian tak terpisahkan dari suasana bulan Ramadan di Kota Pagaralam kini semakin jarang ditemui. Dulu, tradisi ini dilakukan dengan penuh semangat oleh warga, terutama anak-anak dan remaja, yang turun ke jalan sambil memukul berbagai benda seperti galon, panci, besi, hingga bambu. Suara tabuhan yang khas ini menggema di permukiman dan menjadi penanda bahwa waktu sahur telah tiba.

-----------------------------------

Sandi Zulfani, Pagaralam

-----------------------------------

 

Sebelum turun ke jalan, para pemuda biasanya berlatih atau mencari tambahan peralatan untuk menghasilkan irama yang serentak dan selaras. Bagi banyak orang, tradisi ini menghadirkan nuansa kebersamaan dan menjadi bagian dari kenangan Ramadan yang tak terlupakan. 

BACA JUGA:Sostel Murah Meriah, Jajanan yang Diburu saat Ramadhan

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kebiasaan ini mengalami perubahan drastis. Meskipun masih ada beberapa daerah yang mempertahankannya, secara umum tradisi ini mulai memudar.

“Saya hampir tidak pernah lagi mendengar anak-anak zaman sekarang bangunkan sahur menggunakan alat-alat seperti dulu. Sekarang mereka hanya memakai pengeras suara yang diarak keliling kampung, atau bahkan tidak ada sama sekali yang membangunkan sahur. Tradisi ini seolah sudah punah,” ujar Irul, salah seorang warga Kelurahan Besemah Serasan.

Perubahan ini memunculkan beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian warga merindukan tradisi lama yang lebih sederhana dan sarat makna. Mereka menilai bahwa membangunkan sahur dengan cara konvensional lebih mencerminkan kebersamaan dan kreativitas anak-anak muda dalam menyemarakkan Ramadan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa perkembangan zaman membawa perubahan dalam cara masyarakat menjalankan tradisi, termasuk dalam membangunkan sahur.

BACA JUGA:Langkah Positif Perkuat Keimanan dan Ketaqwaan

Menurut beberapa warga, penggunaan pengeras suara yang kini lebih sering dilakukan dinilai lebih praktis dan tidak memerlukan banyak tenaga. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa cara ini kurang menghadirkan nuansa kebersamaan seperti tabuhan alat tradisional yang dilakukan beramai-ramai. 

Tak sedikit pula yang mengkhawatirkan bahwa jika dibiarkan terus menghilang, generasi mendatang mungkin tidak akan lagi mengenal tradisi bangunkan sahur yang pernah begitu lekat dalam budaya masyarakat Pagaralam.

BACA JUGA:Bangun Kebersamaan Pemerintah dan Masyarakat

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan