Trump, dan "Distopia" Gaza!
Trump, dan "Distopia" Gaza!--Net
Sikap dan partimbangan Donald Trump terhadap perang Gaza sudah tepat. Israel tidak akan mampu mengusir sebuah bangsa dari "Tanah yang dipijaknya". Tidak akan ada kata menyerah, sekalipun lewat penderitaan yang teramat sangat.
Terbukti, sampai detik gencatan senjata Israel-Hamas (19 Januari). Tidak ada deklarasi kekalahan Hamas atas kecanggihan arsenal (mesin perang) Israel. Hamas juga tetap berada di "enclave" Gaza.
Sampai titik tewas pimpinan terasnya, Hamas masih memiliki dua brigade yang kuat. Berikut Komandan seniornya. Brigade Utara pimpinan Ezzedine Haddad, dan Brigade Rafah pimpinan Mohammed Shabaneh.
BACA JUGA:Menyerah Datangkan Andrea Cambiaso
Kedua brigade inilah yang terus "mengganggu" IDF, lewat perang gerilya dan menyebabkan terbunuhnya tentara IDF. Tak kurang 900-an anggota pasukan Israel terbunuh. Itu adalah angka resmi. Namun, sejumlah pihak menyebut, angka tersebut sejatinya lebih besar lagi.
Hari ini, pengusaha Donald Trump, dilantik jadi Presiden AS. Melihat persentase masyarakat Israel, juga persentase masyarakat Palestina (baca: saling curiga). Rasanya, tidak mudah untuk mengatakan Gaza akan "diam", dan tak lagi "menyalak".
Apalagi, dari punggung bukit Sderot (Kota Israel di perbatasan Gaza berjarak 1 km), nampak. Reruntuhan Gaza menjulang tinggi. Gaza yang tadinya adalah kota "humanisasi", kini dipenuhi semak.
Gaza, seperti alam liar dan "distopia" (fiktif dan menakutkan). Gaza telah menjadi bencana lingkungan dan "dehumanisasi". Utopia yang ideal untuk kemanusiaan, masih "question mark", pasca dilantiknya Presiden AS Donald Trump.
Donald Trump yang dilantik hari ini, akankah memberi harapan perdamaian untuk Palestina-Israel. Untuk hidup bersama, berdampingan, dan humanis.
Atau sebaliknya. Menjadi lebih berdarah dalam bentuk 'neo-distopia'. Semoga Gaza lebih tenang.*(Sabpri Piliang)..