Kehilangan Bulan
Disway--Disway
Mobil Ivan memasuki gang itu. Saya minta untuk jalan pelan-pelan. Rumah-rumah di kiri kanan gang tutup semua. Tidak terlihat ada orang di luar rumah. Mungkin karena sudah hampir magrib.
BACA JUGA:SD Negeri 13 Pagaralam Awali Tahun 2025 dengan Semangat Baru
Sampailah kami di rumah nomor 4. Itulah rumah Jokowi. Pagar depan dan sampingnya tinggi. Pintu pagarnya tertutup. Mobil berhenti. Ivan ingin turun mengetuk pintu pagar. Ia sudah beberapa kali ke rumah itu.
"Jangan," kata saya. "Mungkin beliau juga tidak ada di rumah".
Kesan saya: rumah ini sangat biasa. Mungkin banyak orang akan bilang rumah ini terlalu sederhana untuk seorang presiden Indonesia dua periode.
Bukan hanya rumahnya, juga ukuran tanah dan bangunannya. Rasanya ukuran tanah di rumah ini hanya sekitar 400 m2.
BACA JUGA:Komitmen Berikan Pendidikan yang Berkualitas
Pun Kampung Sumber. Kampung biasa. Bukan ''Menteng''-nya Solo. Bahkan bukan ''Kebayoran Baru''-nya. Ini hanya seperti kampung di Tebet.
Rakyat Jateng, sudah terbukti lebih mendengarkan Jokowi pun setelah tidak lagi menjabat presiden.
Di Pilkada lalu Jokowi turun langsung ke 10 daerah yang dikenal sebagai ''kandang banteng''. Calon gubernur yang ia dukung menang telak. Mengalahkan calon dari PDI-Perjuangan.
Padahal Jokowi tidak ikut pidato. Ia hanya bermobil pelan lewat jalan-jalan di 10 kabupaten tersebut. Di belakang mobilnya ada lima mobil pengangkut kaus.
BACA JUGA:SMP PGRI Pagaralam Tutup Tahun 2024 dengan Deretan Prestasi
Di sepanjang jalan Jokowi membagikan kaus itu. Jangan kaget: apa yang tertulis di kaus itu. Hanya satu kata: Mulyono. Lalu ada satu gambar siluet pak Jokowi.
Tentu PDI-Perjuangan punya alasan lain untuk kekalahan itu: ada kadernya yang kurang all-out. Bahkan ada yang dianggap bermain di dua perahu.
Anda sudah tahu siapa yang dimaksud: Bambang Pacul! Ia sendiri merasa dituduh begitu. Bahkan ia sudah pasrah: mau dipecat pun silakan. Ia akan terima.