Alwi Novi
Disway--Disway
Sudah dua tahun Alwi mengajar di Fujian Polytechnic Normal University. Semacam IKIP di Indonesia. Itu satu-satunya perguruan tinggi di Fujian yang punya jurusan bahasa Indonesia.
Ini tahun kedua Alwi jadi dosen. Hampir genap dua tahun. Sampai nggak sempat pulang untuk, misalnya, kawin. Ia jomblo ting-ting. Belum punya calon. Umur 28 tahun.
Seperti juga Novi, ia suku Madura pendalungan –Madura perantauan yang lahir di Tapal Kuda (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan sekitarnya).
BACA JUGA:Agar Selamat saat Tersesat di Gunung, Ikuti 10 Tips Bertahan Hidup Berikut
Begitu banyak orang Madura di kawasan itu sampai ada humor: suatu saat kalau Madura merdeka ibu kotanya di Malang.
Tahun pertama jurusan bahasa itu mahasiswanya 14 orang. Tapi tahun kedua sudah lebih 20 orang. Salah satunya diajak hadir di forum pertemuan mahasiswa Indonesia di Fuqing Minggu lalu.
Saya minta dia ke depan. Sudah bisa menjawab beberapa pertanyaan sederhana dalam bahasa Indonesia.
Alwi juga anak desa di Probolinggo. Desa Besuk.
BACA JUGA:Jangan Panik! Ini 10 Tips Bertahan Hidup saat Tersesat di Gunung!
Rendah hatinya sama dengan Novi. Sopan santunnya sama. Senyumnya sama. Postur tubuhnya sama. Alwi seperti satu molding dengan Novi.
Alwi adik kelas Novi di Nurul Jadid. Selisih tiga tahun. Tesis S-2 nya juga ditulis dalam bahasa Mandarin: 60 halaman.
Anda sudah tahu kesulitan tertinggi Alwi dalam mengajar bahasa Indonesia: bagaimana mahasiswa Tiongkok bisa mengucapkan huruf 'r'.
Akhirnya Alwi punya cara: mahasiswa ia minta membuka mulut dalam posisi seperti mengucapkan huruf 'a'. Lalu memindahkan ujung lidah ke langit-langit depan. Dan seterusnya.
BACA JUGA:Glamping di Magelang, Kombinasi Sempurna Antara Alam dan Kenyamanan!
Mahasiswi di pertemuan itu saya minta mencoba mengucapkan 'terima kasih'. Bagus. 'R'-nyi sudah bisa keluar 50 persen.