Perdebatan Temuan 'Kujang Gunung Padang', Artefak Leluhur atau Fenomena Alamiah?
Perdebatan Temuan 'Kujang Gunung Padang', Artefak Leluhur atau Fenomena Alamiah?-foto: kolase pagaralampos.co -
KORANPAGARALAMPOS.CO - Awal tahun ini, dunia arkeologi Indonesia kembali diguncang oleh temuan kontroversial yang diungkapkan oleh Tim Terpadu Riset Mandiri.
Situs Megalitikum Gunung Padang, yang terletak di Cianjur, Jawa Barat, disebut-sebut sebagai salah satu peninggalan peradaban tertua di dunia.
Tim ini menduga bahwa situs tersebut dibangun oleh leluhur bangsa Indonesia sejak 11.000 tahun yang lalu, suatu masa yang berada di zaman es.
Temuan ini, jika terbukti benar, berpotensi mengubah peta sejarah peradaban dunia yang kita kenal saat ini.
BACA JUGA:Gunung Padang, Misteri Batuan Aneh yang Menyimpan Sejarah Tersembunyi, Ini Penjelasannya!
Dukungan terhadap temuan ini tidak hanya datang dari kalangan peneliti, tetapi juga dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan bahwa situs Gunung Padang muncul ribuan tahun sebelum Masehi.
Bahkan, ia menyebut bahwa situs ini kelak akan dianggap lebih hebat dibandingkan Candi Borobudur, salah satu keajaiban dunia dari Indonesia.
Pada tahun 2012, tim yang sama mengungkapkan adanya dua pintu yang tertanam dalam tubuh bangunan kuno Gunung Padang, memperkuat dugaan bahwa situs ini telah berusia ribuan tahun.
Tidak hanya itu, desas-desus mengenai adanya logam mulia seberat tiga ton, lapisan pasir peredam gempa, pelapukan yang diduga sebagai tulisan kuno, hingga keberadaan reaktor pembangkit tenaga hidro-elektrik dari ribuan tahun sebelum Masehi turut menyelimuti bangunan megalitikum ini.
Menurut tim tersebut, situs Gunung Padang awalnya merupakan suatu bangunan yang ditimbun dengan bangunan lain di atasnya, yang kemudian menjadi bangunan berundak seperti yang terlihat saat ini.
Mereka berpendapat bahwa jika penelitian ini berhasil membuktikan temuan-temuan tersebut, maka sejarah peradaban dunia akan ditulis ulang.
Dalam rangka melanjutkan penelitian ini, pada awal September 2014, Tim Nasional Penelitian Gunung Padang—yang merupakan pengembangan dari Tim Terpadu Riset Mandiri—melakukan eksplorasi lapangan di situs ini dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.