Chrisye adalah 'Berlian' Indonesia

Ilustrasi--Net

BACA JUGA:Terus Tingkatkan Kualitas Produksi Kopi

Chrisye yang mengorbit lewat karya James F. Sundah, "Lilin Lilin Kecil" (1977), berlari kencang setelahnya. Diminta menyanyikan "soundtrack" film "Badai Pasti Berlalu" (1977), Chrisye semakin tak terbendung. Lewat Lagu-lagu yang diciptakan bersama Eros Djarot dan Yockie Suryo Prayogo. Dikemudian hari, mereka bertiga sering berkolaborasi, dengan simbol "EYC".

Bapak empat anak, beristrikan wanita Minang Yanti Noor (Noor Bersaudara) ini. Sebenarnya tidak direstui oleh sang Ayah Laurens Rahadi (Lauw Tek Kang) untuk menempuh jalur musik. Ayahnya ingin Chrisye menjadi insinyur, dan mendaftar di UKI (1968).

Kuliah sambil bermusik, bersama keluarga Keenan Nasution (di jalan Pegangsaan). Chrisye yang berbakat, kemudian diajak menjadi pemain tetap pada Group Sabda Nada. Jadwal manggung makin padat, Chrisye terpaksa mengorbankan kuliahnya di UKI. 

Tetap ingin membahagiakan orangtua, tapi bermusik juga jalan. Anak pasangan Hanna Rahadi (Kho Hiang Eng/Ibu) dan Laurens Rahadi (Lauw Tek Kang/Ayah) ini, kembali masuk kuliah di Akademi Pariwisata Trisakti (1970).

BACA JUGA:Pastikan Kelancaran dan Ketepatan Sasaran

Sempat "merantau". Bermain musik bersama Band Gipsi selama setahun di Kota New York,  Restoran Ramayana (Restoran milik Pertamina), Chrisye sangat senang. Terlebih, kepergiannya itu seizin ayahnya, dengan mengikhlaskan Chrisye fokus di musik. Walau harus mengakhiri perkuliahannya di Trisakti. 

Menyanyikan lagu daur ulang: Procol Harum, Lake & Palmer, Genesis, Blood  Sweat & Tears, King Crimson, selama manggung di New York. Akhir 1973, Chrisye kembali ke Indonesia.

Dalam perjalanan hidupnya, ada satu hal menarik yang Chrisye tinggalkan untuk kita. Suatu kali, Chrisye meminta penyair Taufik Ismail  membuatkan "single" (rohani), di album ke-17-nya ("Ketika Tangan dan Kaki Berkata").

Kala itu tahun 1977, lagu ini bercerita tentang 'pengadilan akhir' untuk manusia. Di-intisarikan dari Surah Yasin ayat 65, Chrisye selalu gagal, berulang-ulang dalam proses rekaman. Sekali membawakan liriknya, Chrisye menangis tersedu sedan. Tak pernah selesai. 

BACA JUGA:Menyingkap Tabir Misteri Gunung Semeru: Arca, Pocong, dan Penunggu Ranu Kumbolo

Diceritakan oleh Taufik Ismail, sang isteri (mendiang Damayanti Noor, meninggal 2020) pun ikut menenangkan Chrisye.

Rekaman itu selesai, namun tidak diulang lagi untuk mendapatkan yang terbaik.

Chrisye sudah tak sanggup. Diceritakan pula oleh Yanti Noor, sejak itu, Chrisye tak pernah lagi membawakan lagu ini. 

Chrisye adalah fenomenal. Chrisye adalah kilap "berlian" musik Indonesia.* (Sabpri Piliang)..

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan