Lewat Jam
Disway--Disway
BACA JUGA:Gabung Timnas Indonesia, Emil Angkat Bicara
Saya garuk-garuk kepala. Lama. Terasa kena PHP zam zam. Pelayan itu mungkin iba melihat wajah setengah hitam di depannyi.
"Hari ini kami bisa buatkan tapi harganya beda," ujarnyi. Saya anggukkan kepala, tanpa bertanya 19 dolar di menu itu menjadi berapa.
Ternyata dia tidak iba kepada dompet saya.
Saya hanya pesan dua untuk tiga orang. Satu porsi pun, porsi Amerika, bisa untuk empat orang perusuh Disway.
BACA JUGA:Yuk Cobain! Lakukan 7 Tips Menyegarkan Ketiak yang Efektif dan Mudah Dilakukan
Setelah disajikan kami saling pandang: bagaimana cara menghabiskannya.
Di Dallas kami harus bertemu teman. Asal Tiongkok. Maka kami janjian makan di chinese food: bebek panggang, tumis kacang panjang muda, terong bumbu taocho, tahu sapo. Dan... Ini dia: nasi. Sudah dua minggu tidak jumpa nasi.
Dari Dallas ke Austin sudah dekat. Tinggal tiga jam bermobil. Setelah ke Universitas Texas di Austin, menunya ganti Vietnam Food. Pho. Tidak ada yang mangkoknya kecil. Lihat ukuran mangkok yang disajikan di meja sebelah saja sudah tidak lagi lapar. Maka kami hanya pesan dua mangkok untuk tiga orang.
Panas. Austin begitu panas di musim panas. Apalagi tidak sehembus pun angin bertiup. Pun jam delapan malam.
BACA JUGA:Persib Resmi Juarai Championship Series Liga 1 2023-2024
Besoknya kami dari Austin ke San Antonio lebih dekat lagi: dua jam saja. Juga panas sekali. Sampai 38 derajat.
Dulu saya tidak mampir ke San Antonio Spurs. Kali ini ke gedung basketnya. Sekadar ingin kirim foto untuk mem-PHP cucu kembar saya yang sering juara basket antarpelajar.
Malamnya, ketika ke pinggir sungai Alamo yang penuh turis itu, tertatap papan restoran: Joe's Crab. Ini wajib dimasuki. Serba kepiting. Ingat masa-masa di Memphis maupun Nashville. Selalu ke Joe's Crab di dua kota itu.
Saya pun memesan menu seperti di Memphis. Pelayan melihat alroji di tangan. "Sudah jam 19.00. Sudah tidak bisa memesan menu itu," ujarnyi.