Gawat! Ternyata Efek Setelah Lakukan Aborsi Sangat Berbahaya

ilustrasi bayi dalam kandungan--

Risiko kerusakan serviks akan lebih besar pada remaja yang melakukan aborsi sendiri pada trimester kedua, dan ketika praktisi aborsi gagal memasukkan laminaria untuk dilatasi serviks.

BACA JUGA:Drama Korea Shining Inheritance/Brilliant Legacy: Kisah Han Hyo Joo yang Mendadak Miskin

5. Infeksi peradangan panggul

Infeksi peradangan panggul (PID) adalah penyakit yang dapat menyebabkan peningkatan risiko kehamilan ektopik dan mengurangi kesuburan perempuan di masa depan.

Kondisi ini berpotensi mengancam nyawa.

Sekitar 5% perempuan yang tidak terinfeksi oleh infeksi lain sebelum kehamilan dan selama aborsi dapat mengembangkan PID dalam waktu 4 minggu setelah aborsi pada trimester pertama.

Risiko PID meningkat pada kasus aborsi spontan karena adanya peluang untuk jaringan kehamilan terperangkap dalam rahim serta risiko perdarahan hebat.

Keduanya merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri;

Selain itu, pada wanita yang sudah mengalami anemia sedang hingga berat sedari awal, kehilangan darah lebih lanjut akan meningkatkan kemungkinan infeksi.

Pada aborsi yang diinduksi (baik legal maupun ilegal), instrumen dan manipulasi eksternal juga meningkatkan kemungkinan infeksi.

BACA JUGA:6 Manfaat Kacang Hijau Sebagai Sumber Protein Nabati Untuk Pertumbuhan dan Perbaikan Jaringan

6. Endometritis

Endometritis adalah kondisi peradangan pada lapisan rahim, dan biasanya karena infeksi.

Endometritis adalah risiko efek aborsi yang mungkin terjadi pada semua, namun lebih terutama untuk remaja.

Remaja perempuan dilaporkan 2,5 kali lebih mungkin untuk mengalami endometritis setelah aborsi dibandingkan wanita usia 20-29.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan