Oleh: Dahlan Iskan
TIBA di bandara Haikou saya sedikit panik. Jadwal pesawat saya berikutnya ke Shantou pukul 12.50. Kok di layar sudah tidak ada nama Shantou.
Lalu saya pelototi layar yang berbahasa Mandarin. Tidak ada juga jadwal ke 汕头。Tidak ada keterangan delay atau cancel. Jangan-jangan saya salah beli tiket.
Saya pun lihat boarding pass: aneh. Ternyata boarding pass saya bukan jurusan Shantou. Di situ terbaca: 揭阳。Jieyang.
Lalu saya lihat jam keberangkatan pesawat ke Jieyang itu: 12.50. Saya lihat pula nomor penerbangannya: rahasia.
BACA JUGA:Penjualan Meningkat, Pembeli dari Luar Pagaralam
Dua-duanya sama dengan jadwal pesawat ke Shantou.
Maka otak saya berputar: mungkin Jieyang adalah nama bandara Shantou. Maka saya tenang kembali. Langsung menuju ruang tunggu.
Setelah mendarat di tujuan saya baru tahu: Jieyang bukan nama bandara Shantou. Jieyang adalah nama kabupaten tetangga Shantou.
Rupanya bandara lama Shantou sudah tutup untuk penerbangan komersial. Sudah kembali sepenuhnya menjadi bandara militer. Yang komersial dialihkan ke bandara baru di Jieyang: 50 km dari Shantou.
BACA JUGA:Karang Taruna Jagalan Gelar Gebyar Ramadhan Jidil II
--
Saya pun lebih paham apa maksud bandara baru itu dibangun di Jieyang: bisa melayani tiga kabupaten sekaligus. Yakni Shantou, Jieyang, dan Chaozhou. Bandara itu hampir persis di titik tengah segitiga mereka.
Saya pernah ke Shantou, tapi baru sekali ini ke Jieyang dan Chaozhou. Saya suka makanan khas Tiuchu, tapi baru sekali ini ke kampung halaman asal orang Tiuchu. Tiuchu bahasa Mandarinnya adalah Chaozhou.
Tiga kabupaten bertetangga tersebut memang spesial. Punya bahasa sendiri: bahasa Tiuchu (Teochew). Rasanya perusuh Disway seperti Juve Zhang dan Liam Then pandai berbahasa Tiuchu. Saya tidak bisa sama sekali.