Namun, cerita rakyat lain mengatakan sebaliknya.
BACA JUGA:Benteng Fort Rotterdam, Saksi Sejarah Perlawanan Kerajaan Gowa
BACA JUGA:Liga Champions - Barcelona Sudah Pikirkan Semifinal, Tak Takut Paris Saint-Germain
Jenazah raja tidak dibakar di Candi Brahu, melainkan di tempat lain.
Setelah dibakar, abu jenazah kemudian dibawa ke Candi Brahu untuk disucikan sebelum akhirnya dilarung.
Sayangnya, setelah diteliti ulang, tidak ditemukan bukti autentik bahwa Candi Brahu pernah digunakan sebagai tempat pembakaran mayat.
Cerita yang menguatkan asumsi tersebut sebenarnya berhubungan dengan nama tempat tersebut.
BACA JUGA:Liga Champions - Barcelona Sudah Pikirkan Semifinal, Tak Takut Paris Saint-Germain
BACA JUGA:Dari Perdikan Cahyana! Begini Sejarah Pembuatan Saka Tatal Masjid Agung Demak
Candi Brahu dianggap berasal dari kata ‘bra’ yang berarti brawijaya atau raja, dan ‘hu’ yang berarti abu.
Jadi, Brahu diartikan sebagai ‘abu raja’.
Namun, ada kisah lain yang menyebutkan bahwa nama Brahu muncul saat candi ditemukan bersamaan dengan penemuan prasasti tembaga ‘Alasantan’ yang dibuat pada 861 Saka atau sekitar 9 September 939 M oleh Raja Mpu Sindok dari Kahuripan.
Dalam prasasti itu disebutkan bahwa nama tempat tersebut adalah ‘warahu’, yang berarti tempat suci.
BACA JUGA:Pasar Setan! 7 Kisah Misteri Gunung Lawu di Jawa Timur
BACA JUGA:7 Makanan Khas Nusa Tenggara Barat, yang Cocok jadi Menu Santapan Buka Puasa ataupun Sahur!
Sehingga, dari sinilah kemudian muncul nama Brahu.