Sejenak menghilang dan melupakan adanya kehidupan lain untuk berbaur dengan indahnya alam liar.
BACA JUGA:Fakta Menarik Film Touching The Void
Namun pada 26 April 2003 hingga 127 jam berikutnya, Ralston harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya setelah ia terjatuh dan terjepit pada sebuah lembah di Canyonlands National Park.
Selama ia terjebak, alam sepertinya memberikan waktu bagi Ralston untuk kembali mengevaluasi makna hidupnya sekaligus mengumpulkan segenap keberaniannya untuk terus bertahan hidup selama mungkin.
Selama masa itu pula, bagaikan sebuah adegan film yang diputar ulang di hadapannya.
Ralston kembali mengingat seluruh kejadian yang pernah ia alami bersama kedua orangtuanya (Treat Williams dan Kate Burton), adiknya Sonja (Lizzy Caplan) yang akan segera menikah dan seluruh anggota keluarganya, kekasihnya Rana (Clémence Poésy), serta dua orang gadis pecinta alam yang ia temui sebelum kecelakaan itu terjadi, Kristi (Kate Mara) dan Megan (Amber Tamblyn).
BACA JUGA:Film Touching The Void, Aksi Gila Naik ke Puncak Gunung Berbahaya
Walaupun memiliki karakter dan latar belakang tempat yang terbatas – bayangkan sebagai sebuah perpaduan dari Buried (2010) dan Into the Wild (2007) – tampilan visual alam yang indah dan seringkali dihadirkan dengan sudut pengambilan gambar yang cukup berani ditambah dengan naskah cerita yang sangat cerdas membuat 127 Hours tidak pernah hadir dengan suasana yang akan membuat bosan penontonnya.
Kisah Aron Ralston yang dihadirkan oleh Boyle sendiri, harus diakui, mampu ditampilkan dengan tingkat intensitas yang sangat terjaga.
Begitu terjaganya tingkat intensitas tersebut, kisah ini terkadang sangat menegangkan untuk disimak. Di sisi lain, begitu menegangkannya 127 Hours, kisah ini tetap berhasil menyampaikan sisi drama film ini yang dihadirkan lewat berbagai memori Ralston. Begitu personal dan sangat mampu menyentuh.
BACA JUGA:Film ‘The Himalayas’, Kisah Haru Persahabatan Pendaki Gunung
Kunci keberhasilan film ini – selain karena faktor-faktor lain yang dihasilkan Danny Boyle seperti yang digambarkan diatas – berada di tangan seorang James Franco yang memegang kendali penuh atas seluruh aliran emosi yang hadir selama film ini berjalan.
Sebagai karakter Aron Ralston, Franco berhasil tampil sebagai seorang karakter yang sangat mudah untuk disukai.
Semangat Ralston untuk tetap bertahan hidup dan tidak mudah menyerah begitu terpancar dari setiap ekspresi yang dikeluarkan oleh Franco.
Hal ini yang kemudian penonton secara perlahan akan jatuh hati pada karakter Ralston dan begitu mencurahkan perhatian pada dirinya.
BACA JUGA:Film The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring