"Mafia Choongham" dan Nasib Presiden

Sabtu 07 Dec 2024 - 17:27 WIB
Reporter : Thom Yorke
Editor : Thom Yorke

Menurut "The Guardian" (UK), mereka akan terus menjadi jaringan penting (terkoneksi) sepanjang hidup dan sepanjang hayat.

Turut dalam jaringan "Mafia Choongham" (Fraksi Choongham), selain Presiden Yoon Suk-yeol adalah, Kepala Kontra Intelejen Pertahanan Korea Selatan, Yeo In-hyeong. 

BACA JUGA:5 Rekomendasi Motor Matic Nyaman untuk Perjalanan Jauh, Ini Dia Merknya!

Nama lain: mantan Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun, dan Menteri Dalam Negeri Lee Sang-min termasuk dalam "lingkar dalam" Presiden Yoon. Baik Yeo, Kim, dan Lee  terkait erat dengan Deklarasi darurat militer.

Darurat militer lahir, setelah "pressure" terhadap Presiden Yoon Suk-yeol tak berhenti. Selama berbulan-bulan Majelis Nasional (Parlemen) Korea Selatan dan Yoon terlibat dalam ketegangan. Terlebih setelah Parlemen memakzulkan Kepala Badan Audit Negara dan kepala Jaksa Penuntut.

Puncaknya, Majelis Nasional (Parlemen) yang didominasi kelompok oposisi. Memangkas anggaran pemerintah untuk APBN tahun depan.

Presiden Yoon Suk-yeol kemudian mengkritik tindakan Majelis Nasional, seraya menuding telah terjadi "Kediktatoran Legislatif". Yoon menghitung, sejak dia menjabat (2022), telah terjadi 22 upaya pemakzulan kepadanya.

BACA JUGA:Dijamu Timnas Myanmar

Hilang kesabaran, Rabu (3 Desember) lalu, Presiden menunjuk Jenderal Park An-su sebagai Panglima Darurat Militer. Adu "sprint" antara militer yang berupaya mendobrak gedung Parlemen, dengan 190 anggota Majelis yang mengambil keputusan menolak Darurat Militer.

Presiden Yoon Suk-yeol, menarik kembali Darurat Militer enam jam kemudian. Kehebohan ini sangat mengejutkan. Bahkan oleh partai pendukung Presiden Yoon sendiri.

"Influencing trading", meminjam istilah sarkastis untuk menyebut koneksi antara Presiden Yoon Suk-yeol terhadap "Mafia Choongham"nya. Meski istilah "trading" di sini bisa dibuang dan menyisakan kata "Influencing" saja. 

Tetap saja, "Mafia (fraksi) Choongham", telah menimbulkan kesan Korea Selatan ingin kembali ke era Darurat Militer yang keras. Di masa Presiden Chun Do-hwan (1980-an)  dan suksesor-nya Roh Tae-woo. 

BACA JUGA:Miliki Jasa Besar bagi Karir Lionel Messi

Pembantaian Kwangju oleh militer kepada mahasiswa dan demonstran di masa itu, menyeret Presiden Chun Do-hwan pada hukuman mati di pengadilan Korea Selatan. Juga hukuman 17 tahun untuk Presiden Roh Tae-woo.

Naga-naga mengarah ke sana sangat terlihat. Karena diakui oleh Kepala Pasukan Khusus Korea Selatan, Kwak Jong-geun. Dia telah diminta untuk menyeret anggota Parlemen pada malam darurat Militer diumumkan.

Bahkan disebut-sebut, Presiden telah mengarahkan untuk menangkap sejumlah tokoh politik utama Nasional di Gwacheon (Selatan Seoul).

Kategori :

Terkait

Sabtu 18 Jan 2025 - 15:42 WIB

Matangkan Persiapan PORPROV KORPRI

Sabtu 18 Jan 2025 - 15:35 WIB

Dana Anagata