BACA JUGA:Seganteng City, Lebih Murah dari Brio, Ini Dia Pesona Honda Amaze Generasi Terbarunya!
Kami berbincang sambil berdiri di lantai tari itu. Ethan tidak hanya sebagai mahasiswa S-3 di situ. Juga jadi asisten pengajar gamelan.
Dosen utamanya sendiri orang Blitar. Asal Trenggalek: Ignatius M. Harjito. Usianya sudah 80 tahun. Sudah lebih 40 tahun mengajar di Wesleyan.
Harjito masih sangat sehat. Lebih satu jam kami ngobrol sambil berdiri di situ. Nggak tampak ada masalah. Jalannya pun masih cepat. Udara dingin, bersih dan musik mungkin membuat orang bisa berumur lebih panjang dan tetap sehat. Mungkin di Indonesia kita perlu sering-sering berdiri di depan kulkas terbuka.
Harjito alumnus ISI Solo. Angkatan pertama. Satu angkatan dengan Gendon Mardhani –adik kandung Mensesneg Sudjono Humardhani. Harjito termasuk pendiri ISI itu sendiri.
BACA JUGA:Fenomena BYD di Pasar Mobil RI, Pabrikan Jepang Mesti Waspada!
Tentu menarik untuk bertanya mengapa ada studi gamelan di Wesleyan. Ternyata tak lain karena ada pusat studi musik dunia di sini.
Untuk musik Eropa dipilih yang dari Ghana. Ada studi musik Korea, Tiongkok, Jepang, dan India. Yang India dikhususkan untuk India Selatan –musik Tamil Nadhu. Saya pernah terbawa larut ke dalam deru musik India. Yakni saat menghadiri Hari Raya Hanoman di sana.
Di antara musik-musik dunia itu hanya gamelan yang diberi gedung khusus. Studi gamelan juga tidak pernah ditutup karena selalu ada mahasiswa yang mempelajarinya.
Begitu asyik saya di situ. Tidak ada yang mengingatkan bahwa saya harus segera ke bandara. Nisa pun sudah ngebut dengan mobil Honda Odyssey-nyi. Daeng Saleh Mude terus menghibur saya dengan studi antar agamanya. Dan saya ketinggalan pesawat menuju Chicago.(Dahlan Iskan)