Israel-Iran Berhitung Akibat

Minggu 27 Oct 2024 - 19:45 WIB
Reporter : Thom Yorke
Editor : Thom Yorke

Sosok Fuller dikenal amat manusiawi dan dicintai banyak orang. Meskipun teorinya lebih banyak ke arsiktektur, namun dia adalah seorang futuris yang mencintai perdamaian. "Kita menemukan apa yang benar, ketika kita menyingkirkan apa yang tidak benar".

Merekapitulasi kata-kata Fuller dalam konteks konflik Timur Tengah saat ini. "Menemukan kebenaran, dengan menyingkirkan apa yang tidak benar". Siapa yang benar, siapa yang tidak benar. Pilihannya ada dua: Iran, atau Israel?

BACA JUGA:Hyundai Santa Fe Diproduksi Lokal, Apakah Model Ini Akan di Ekspor? Ini Pertimbangannya!

Menarik garis seteru kedua negara, bermula dari tudingan Iran terhadap Israel. Agen-agen Israel dianggap telah membunuh Kepala Biro Politik Hamas (Palestina) Ismail Haniyeh di Teheran.  Pasca pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian (akhir Juli).

Tak berhenti sampai di situ. Lewat serangan udara di pinggiran Beirut, Israel kembali membunuh pimpinan 'proxy' Iran, Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah. Selang beberapa hari, kandidat pengganti Nasrallah, Hashem Safieddine juga tewas oleh bom Israel.

Iran memang telah banyak kehilangan pimpinan 'proxy'nya. Bahkan sejumlah penasehat militer negeri 'mullah' ini tewas oleh serangan rudal Israel. Juni lalu, Jenderal Saeed Abiyar, menemui ajalnya di Kota Allepo (Suriah).

Dua bulan sebelumnya (April), Jenderal Mohammad Reza Zahedi (Brigjen) tewas, setelah rudal Israel menghantam kantor Konsulat Iran di Damaskus (Ibukota Suriah). Turut tewas pula Brigjen Mohammad Haji Rahimi (Wakil Zahedi).

BACA JUGA:Ingin Mengganti PIN Dan Nomor HP pada BRIMo, Berikut Langkah-Langkah Yang Bisa Dilakukan

Kematian Jenderal Iran berlanjut di bulan September, saat Israel membunuh Nasrallah dan Safieddine. Brigjen Abbas Nilforoushan (Komandan Pasukan elite Iran), ikut terbunuh. Sementara di pihak Israel, belum ada petinggi militer maupun petinggi politik yang menjadi korban.

Membaca pikiran Iran, Israel, bahkan AS, sepertinya tidak ada keinginan untuk melakukan perang dengan skala besar. Kalkulasi kepemilikan nuklir Iran. Faktor AS di belakang Israel, membuat serangan-serangan kedua belah pihak hanya bersipat insidental. "Kamu serang sekali. Maka saya serang sekali"

Betul "Shadow War", atau perang bayangan yang selama empat dekade lebih, sejak duet (Revolusi Ayatollah Khomeini-Ayatollah Ali Khamenei). Belum pernah terjadi sekalipun perang langsung antara Iran-Israel.  Kini telah terjadi. Di depan mata!

Seperti saya katakan di atas, Israel (baca: AS) dan Iran sangat berhitung. Berhitung, antara akibat dan keuntungannya.

BACA JUGA:Daftar Lengkap Cabang BRI yang Buka Layanan Weekend Banking

Kecuali salah satu pihak memang sudah nekad untuk membuat kehancuran berskala regional (negara GCC)). Dan, skala Internasional (faktor ekonomi). Setuju atau tidak? Perang total Iran-Israel, akan menyeret negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC): UAE, Oman, Qatar, Kuwait, dan Bahrain ke dalam kehancuran. AS Pasti tidak berkenan.

Dua faktor fundamental yang mesti dipikirkan Iran dan Israel. Di beberapa negara Teluk, terdapat pangkalan militer AS. Yang kedua, sekitar 17-21  juta barel per hari (bph), 'crude oil' (minyak mentah) akan berlayar melewati Selat Hormuz. 

Dengan nilai sekitar USD 1,2 milyar, Selat Hormuz yang memisahkan antara Iran dengan Semenanjung Arabia,  minyak dari jazirah Arab sebanyak 88 persen pasti melewati Selat sempit selebar 39-96 km ini. Sementara 12 persen lagi, "crude oil"  lewat Terusan Suez dan berlanjut ke Laut Merah (Red Sea).

Kategori :

Terkait

Jumat 22 Nov 2024 - 20:12 WIB

Perkuat Tugas dan Fungsi Saber Pungli

Jumat 22 Nov 2024 - 20:05 WIB

Datuk ITB