Proses ini menghasilkan produk yang padat dengan rasa yang lezat, tekstur kenyal, dan kaya akan protein.
Dalam sejarahnya, tempe sering dikonsumsi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah sebagai sumber protein alternatif yang lebih murah dibandingkan dengan daging.
Namun seiring waktu tempe menjadi populer di semua kalangan karena nilai gizinya yang tinggi dan rasanya yang enak.
Legenda Tempe Simbol Kearifan Lokal
BACA JUGA: Flashback Kuliner Jadul di Indonesia yang Menggugah Selera
BACA JUGA:5 Kuliner dan Makanan Khas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
Meskipun tidak ada legenda tunggal yang mengisahkan asal-usul tempe secara spesifik dalam budaya Jawa tempe dianggap sebagai simbol kearifan lokal dan kerendahan hati.
Ada cerita-cerita rakyat yang menyebutkan bahwa tempe sering disajikan oleh masyarakat Jawa sebagai makanan pengiring nasi dalam acara-acara gotong royong dan perayaan desa.
Dalam masyarakat agraris makanan seperti tempe menjadi pengingat akan kehidupan sederhana, kerja keras, dan solidaritas sosial.
Bahkan dalam bahasa Jawa, kata "tempe" sering dikaitkan dengan kesederhanaan. Di beberapa daerah.
Ada ungkapan yang menyebut "mentempe" yang berarti hidup dalam kesederhanaan namun tetap kuat.
BACA JUGA:5 Tempat Makan Legendaris di Semarang, Cocok untuk Wisata Kuliner
BACA JUGA:7 Kuliner Khas Kalimantan Timur, Lezat Menggugah Selera!
Ini menggambarkan bahwa meskipun tempe adalah makanan yang sederhana, kandungan gizinya membuatnya menjadi sumber energi yang berharga.
Tempe dibuat melalui proses fermentasi kedelai yang melibatkan jamur Rhizopus oligosporus. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam pembuatan tempe: