Karena itu Suku Asmat tidak tinggal pada satu tempat saja melainkan tersebar di banyak sekali penjuru Papua, meliputi wilayah pesisir hingga pegunungan.
Masyarakat Asmat secara turun temurun menekuni seni yang dulunya digunakan menjadi pelengkap upacara saja. kuliner utama warga Asmat juga tidak selaras dengan penduduk Papua pedalaman.
Warga Papua pedalamam menjadikan umbi-umbian menjadi kuliner utama, sedangkan masyarakat Asmat lebih cenderung memakan sagu. Sagu memang banyak beredar pada hutan di wilayah Asmat.
Ketergantungan Suku Asmat di hutan terlihat dari kehidupan sehari-harinya yang memang memakai bahan-bahan asal hutan, mirip sagu, kayu besi buat bahan bangunan, bahtera, serta media memahat.
BACA JUGA:Menjelajahi Asal-Usul Sejarah Suku Badui yang Tertutup dari Dunia Modernisasi Saat ini!
Norma adat Suku Asmat
Masyarakat Suku Asmat hingga waktu ini dikenal masih sangat kental dengan adat norma warisan leluhurnya. hukum istiadat tadi selalu diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
1. Perempuan Hamil
Wanita Asmat yg sedang hamil akan sangat dijaga sang keluarganya. Mereka akan diperlakukan menggunakan lebih baik hingga di proses persalinan bisa dilakukan menggunakan lancar dan bayi lahir sehat menggunakan selamat.
BACA JUGA:Membuka Tabir Misteri dan Sejarah Suku Butong, Ada Apa Aja?
2. Kelahiran
Sesudah bayi lahir, akan diadakan upacara selamatan menggunakan cara memotong tali pusar melalui bantuan sembilu yg terbuat asal bambu yg diruncingkan. Bayi akan disusui sang ibunya sampai usia 2 hingga tiga tahun.
3. Pernikahan
Pernikahan Suku Asmat hanya mampu dilakukan waktu seorang telah berusia 17 tahun atau lebih. Itu dilakukan sesudah menerima persetujuan asal ke 2 belah pihak.
BACA JUGA:Melihat Sejarah Suku Mebtawai: Tradisi Gigi Runcing Suku Mentawai
Bahkan terdapat norma menguji keberanian para pria dengan cara membeli wanita dengan menggunakan piring antik.