Tugu Thomas Parr tidak hanya berdiri sebagai monumen mengenang seorang residen kolonial, tetapi juga sebagai pengingat sejarah kelam yang penuh darah dan air mata.
Bagi sebagian orang, monumen ini adalah simbol penindasan dan ketidakadilan yang dialami oleh penduduk Bengkulu selama masa kolonial.
Cerita tentang pembunuhan Parr dan reaksi keras dari pemerintahan Inggris terhadap penduduk lokal, termasuk eksekusi dan penangkapan massal, menambah sisi kelam dari kisah ini.
Banyak yang berpendapat bahwa pendirian tugu ini lebih merupakan upaya untuk menakut-nakuti penduduk lokal dan menegaskan dominasi kolonial Inggris daripada menghormati seseorang yang dianggap “pahlawan” oleh mereka.
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Mistis di Balik Pesona Edelweis-nya Gunung Gede Pangrango, Mitos Atau Fakta?
Monumen ini menjadi pengingat akan kekejaman dan kebijakan represif yang dilakukan oleh kekuatan kolonial terhadap penduduk asli.
Menghargai dan Merawat Sejarah Bersama
Meskipun Tugu Thomas Parr memiliki sejarah yang kelam, keberadaannya tidak dapat diabaikan begitu saja.
Tugu ini adalah bagian dari sejarah Bengkulu dan memiliki nilai sebagai bukti peninggalan sejarah yang penting.
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Mistis di Balik Pesona Edelweis-nya Gunung Gede Pangrango, Mitos Atau Fakta?
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan merawatnya, namun juga memahami konteks sejarahnya dengan baik.
Merawat monumen ini bukan berarti kita memuliakan sosok Thomas Parr, tetapi lebih pada upaya untuk menjaga warisan sejarah agar generasi mendatang dapat belajar dari masa lalu.
Melalui tugu ini, kita dapat mengenang perjuangan rakyat Bengkulu melawan penindasan dan menjadikannya sebagai pelajaran penting tentang pentingnya keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia.
Rekonsiliasi dengan Sejarah Kelam
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Mistis di Balik Pesona Edelweis-nya Gunung Gede Pangrango, Mitos Atau Fakta?
Penting bagi kita untuk melakukan rekonsiliasi dengan sejarah kelam seperti kisah di balik Tugu Thomas Parr.