KORANPAGARALAMPOS.CO - Motor listrik, yang digadang-gadang sebagai solusi ramah lingkungan dalam mobilitas, nyatanya belum cukup menarik bagi generasi muda di Indonesia.
Meskipun pasar motor di Tanah Air adalah yang terbesar dengan penjualan mencapai 5-6 juta unit setiap tahun, adopsi motor listrik berjalan lamban, terutama dibandingkan dengan mobil listrik berbasis baterai.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, mengungkapkan bahwa terdapat beberapa alasan yang membuat anak muda enggan beralih ke motor listrik, meskipun ada insentif menarik yang ditawarkan. Kebutuhan Akan Performa dan Kecepatan Salah satu alasan utama yang membuat motor listrik kurang diminati oleh generasi muda adalah performa dan kecepatan yang masih dianggap kurang memadai.
BACA JUGA:Toyota Yaris Bekas Pilihan Tepat untuk Anak Muda, Segini Harganya!
Suwandi menjelaskan bahwa anak muda, yang menjadi mayoritas pengguna sepeda motor, cenderung menginginkan kendaraan yang memiliki tenaga dan mampu melaju kencang.
Sayangnya, motor listrik saat ini hanya mampu mencapai kecepatan sekitar 50 km per jam, jauh dari harapan mereka yang biasa mengandalkan motor untuk berbagai keperluan, termasuk perjalanan jarak jauh. "Anak-anak muda suka power, suka kencang. Kalau mobil listrik itu terbukti, tetapi motor listrik paling hanya 50 km per jam. Jadi mereka bertanya-tanya, bisa ngebut gak sih?" ungkap Suwandi.
Kecepatan dan performa menjadi faktor penentu utama dalam keputusan pembelian, dan ini merupakan tantangan besar bagi produsen motor listrik untuk meningkatkan daya tarik produk mereka di mata konsumen muda.
BACA JUGA:Suzuki eVX Meluncur Januari 2025, Ini Spesifikasinya! Perkembangan Teknologi dan Kemudahan Akses Ride Hailing Selain faktor performa, perkembangan teknologi juga menjadi pertimbangan penting.
Dalam beberapa tahun terakhir, layanan ride hailing seperti Gojek dan Grab telah menjadi alternatif populer bagi banyak anak muda untuk beraktivitas sehari-hari.
Jika sebelumnya mereka harus membeli motor untuk mobilitas, kini kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan mudah melalui aplikasi ride hailing. Kemudahan ini mengurangi urgensi memiliki kendaraan pribadi, termasuk motor listrik. "Dulu misalnya, kalau mau belanja biasanya beli motor. Sekarang beralih, mending order aja (via ride hailing)," tambah Suwandi.
BACA JUGA:Jadi Rival Suzuki APV, Ini Harga Dan Spesifikasi Daihatsu Luxio Terbaru Agustus 2024!
Kecenderungan ini membuat pasar motor listrik semakin tertekan, karena generasi muda lebih memilih kenyamanan dan efisiensi yang ditawarkan oleh ride hailing daripada harus membeli dan merawat kendaraan sendiri. Tantangan di Pasar Sekunder dan Kepercayaan Konsumen Faktor lain yang turut mempengaruhi lambatnya adopsi motor listrik adalah kekhawatiran mengenai pasar sekunder.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), Rian Ernest T, mengungkapkan bahwa calon pembeli masih ragu karena pasar sekunder untuk motor listrik belum sepenuhnya terbentuk.
Banyak konsumen yang mempertimbangkan nilai jual kembali kendaraan mereka sebelum memutuskan untuk membeli.