Periode ini menandai awal dari kehadiran Islam di wilayah tersebut, yang membawa dampak signifikan pada kehidupan sosial dan budaya.
Selama berabad-abad, Palestina menjadi pusat kerajinan, seni, dan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam.
Selama beberapa periode sejarah, komunitas Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan dengan relatif damai, menciptakan suatu model toleransi yang menjadi inspirasi bagi berbagai kelompok agama dan etnis.
BACA JUGA:Drama Korea Law School: Problematika Hukum Korea Selatan
Zaman Kesultanan Utsmaniyah dan Pengaruh Eropa
Pada abad ke-16, Palestina menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah setelah kekalahan kaum Mamluk.
Selama pemerintahan Utsmaniyah, terjadi peningkatan imigrasi Eropa ke wilayah ini, memperkenalkan dinamika baru dalam masyarakat.
Pada abad ke-19, kehadiran dan pengaruh Eropa semakin memperumit situasi.
Perkembangan nasionalisme Eropa berdampak pada munculnya gerakan nasionalisme di kalangan Arab Palestina.
BACA JUGA:Drama Welcome 2 Life: Kisah Pengacara Serakah
Sementara itu, gerakan Zionisme, yang muncul di Eropa, bertujuan untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina.
Pembagian Palestina dan Konflik Modern
Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Kesultanan Utsmaniyah runtuh, dan Liga Bangsa-Bangsa memberikan mandat atas Palestina kepada Inggris.
Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara, satu bagi Yahudi dan satu lagi bagi Arab, dengan Yerusalem di bawah administrasi internasional.
BACA JUGA:Pecco Komentari Debut Marquez
Namun, rencana pembagian tersebut menimbulkan ketegangan dan konflik. Pada tahun 1948, Israel mengumumkan kemerdekaannya, yang disusul oleh invasi beberapa negara Arab.