Sebagai salah satu dari kesultanan Melayu yang pernah mencapai puncak kejayaan pada abad ke 15, Malaka adalah bandar niaga terbesar di Asia Tenggara.
Salah satu faktor yang terpenting di samping adanya perlindungan Cina adalah tempatnya aman dari gangguan angin musim.
Untuk meningkatkan aktifitas perdangan tersebut , Parameswara menganut agama Islam pada usia 71 tahun, dengan gelar Sultan Iskandar Syah.
Kemudian saat itu, Islam menjadi agama resmi di Malaka, Setelah Parameswara meninggal maka digantikan Sultan Muhammad Iskandar Syah (1424-1444) yang merupakan putera Sultan Iskandar Syah.
BACA JUGA:Eksplorasi Alam dan Sejarah, Panduan Liburan di Ungaran untuk Akhir Pekan yang Menarik!
Pada masa Sultan Muzaffar Syah (1450-1458), dan penguasa Malaka ini memerintahkan penyusunan hukum-hukum Malaka, selama pemerintahannya pada saat itu.
Sedangkan, Sultan Mahmud Syah (1488-1511) adalah penguasa terakhir Kesultanan Malaka.
Kejayaan Kerajaan selat Malaka tersebut mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, antara tahun ke-1459 - 1477 M.
Malaka tersebut tidak hanya berfungsi sebagai perdagangan melainkan penyebaran agama Islam melalui jalur perdagangan.
BACA JUGA:Inilah, Sejarah Kisah Singkat Samudra Pasai, Dan Daftar nama-nama Raja Serta Peningglannya.
Pada masa pemerintahannya, Malaka berhasil menguasai Pahang, Kedah, Trengganu, atau sejumlah daerah di Sumatera.
Selat Malaka menjadi gerbang keluar dan masuk para pedagang untuk melakukan kegiatan ekonomi saat itu.
Selat Malaka adalah jalur pelayan dan perdagangan yang terpenting karena melalui Malaka, dan hasil bumi seperti rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India.
Rempah-rempah yang diperdagangkan antara lain cengkeh, pala, dan lada, Terutama Gujarat, mereka melakukan hubungan langsung dengan selat Malaka saat itu.
BACA JUGA:Memahami Sejarah, Dan 14 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Sejak 1403 M, selat Malaka telah berhubungan langsung dengan berbagai bangsa.