KORANPAGARALAMPOS.CO - Kebiasaan suku di Papua Nugini yang gemar memakan otak manusia ternyata bak pisau bermata dua. Menurut investigasi yang telah dilakukan, dengan memakan otak maka mereka, suku Fore, rentan terserang penyakit sapi gila.
Namun disamping itu, mereka juga menjadi kebal terhadap beberapa penyakit lainnya. Penyakit sapi gila ini pertama kali dikenal di dunia yang lebih luas setelah seorang petugas medis distrik yang bekerja di Nugini memperhatikan bahwa beberapa orang dari suku Fore, yang tinggal di dataran tinggi Papua Nugini, terserang penyakit mematikan.
Para korban akan kehilangan kemampuan berjalan, menelan dan mengunyah. Pada gilirannya, ini menyebabkan penurunan berat badan dan kematian. Pada puncaknya, penyakit ini menyebabkan kematian sekitar 2 persen dari suku per tahun.
Suku Fore melakukan ritual pemakaman yang termasuk pesta-pesta mayat di mana para pria memakan daging dari sanak keluarga mereka yang sudah meninggal sementara para wanita memakan otak mereka.
BACA JUGA:Mengenal Suku Kubu, Dari Asal Usul hingga Keunikan Budaya dan Tantangan Modern!
Kanibalisme adalah praktik memakan daging manusia oleh manusia lain. Praktik ini telah ada sejak zaman prasejarah dan masih dilakukan oleh beberapa suku di berbagai belahan dunia, termasuk di Papua.
Papua adalah wilayah yang terletak di bagian timur Indonesia dan memiliki beragam suku dan budaya.
Beberapa suku di Papua dikenal pernah atau masih melakukan tradisi kanibalisme, baik sebagai bagian dari ritual keagamaan, adat istiadat, atau bentuk hukuman. Artikel ini akan membahas sejarah tradisi kanibalisme suku yang ada di Papua, serta apakah praktik ini masih ada hingga saat ini.
Suku Korowai
BACA JUGA:Suku Kubu, Menelusuri Asal Usul, Kehidupan, dan Kearifan Lokal!
Suku Korowai adalah salah satu suku yang terkenal karena tradisi kanibalismenya. Suku ini hidup di pedalaman Papua, di kawasan yang terletak kurang lebih 150 km dari Laut Arafura. Suku Korowai ditemukan oleh tim misionaris dari Belanda pada tahun 1975-1978, dan sejak saat itu mulai terlibat dengan dunia luar.
Suku Korowai diperkirakan berjumlah sekitar 3.000 orang, dan sebagian besar masih hidup secara tradisional, termasuk membangun rumah pohon yang tinggi di atas tanah. Suku Korowai mempraktikkan kanibalisme sebagai hukuman bagi orang yang diduga sebagai dukun atau khuakhua.
Khuakhua adalah orang yang dipercaya dapat menyebabkan kematian anggota suku lainnya dengan menggunakan sihir. Orang yang dicurigai sebagai khuakhua akan dibunuh, dimasak, dan dimakan oleh anggota suku Korowai.
Hal ini dilakukan sebagai cara untuk membalas dendam dan menghilangkan roh jahat dari khuakhua. Praktik kanibalisme suku Korowai terakhir kali terjadi pada tahun 2006, ketika seorang pria bernama Wawa dituduh sebagai khuakhua dan nyaris dimakan oleh keluarganya.
BACA JUGA:Hanya Ada di Indonesia? Tradisi 7 Suku Terbesar di Indonesia. Bukti Keberagaman Kebudayaan Nusantara