KORANPAGARALAMPOS.CO - Masyarakat Kanekes atau Baduy mempunyai ritual adat yang disebut Kawalu.
Kawalu merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan pertanian yang dicapai melalui puasa.
Ritual adat ini merupakan salah satu cara agar Kembang Karuhun atau perintah leluhur tetap terlaksana.
Masyarakat Baduy melaksanakan qawal tiga kali setahun pada bulan Kasa, Karo dan Katiga.
BACA JUGA:Tradisi dan Ritual Adat Kawin Cai Masyarakat Kuningan. Seperti Ini Prosesi Perkawinanya
Makna puasa adalah menyucikan hawa nafsu yang buruk.
Kawalu Tembey atau Kawalu awal dirayakan pada bulan Kasa.
Pada tanggal 16, seluruh masyarakat Baduy berpuasa sehari semalam hingga mereka mengenakan pakaian baru yang bersih pada tanggal 17.
Selanjutnya dilakukan serangkaian ritual, antara lain pemberian sesaji (khusus wanita), mandi di sungai, pembacaan mantra oleh Puun (pemimpin adat suku Baduy), dan terakhir menyantap sesaji (buka puasa).
BACA JUGA:Langkah Menuju Kebajikan, Melatih Kecerdasan Spiritual Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
Puasa di bulan Karo disebut Kawalu Tengah dan puasa di bulan Katiga disebut Kawalu Tutug.
Di Kawal Tutug, masyarakat Baduy, baik Tungtu (Baduy Dalam) dan Panamping (Baduy Luar) akan melakukan ritual ngalaksa dan menyiapkan masakan khas (berbentu seperti mie dari tepung beras), kemudian dicetak dalam tempat adonan yang diberi nama sangku.
Prosesi ini dilakukan oleh ibu-ibu, namun tidak semua ibu dapat ikut serta karena pembuat laksa harus berhati suci dan jujur.
BACA JUGA:Kisah-Kisah Mistis Gunung, Ritual Pesugihan dan Kehidupan Spiritual di Indonesia!
Pada saat ini juga warga Baduy menggunakannya untuk menghitung jumlah warga saat melakukan Ngalaksa.