KORANPAGARALAM.POS- Anak-anak memang cenderung aktif bergerak.
Namun, ada anggapan bahwa anak yang sangat aktif atau hiperaktif disebabkan oleh konsumsi gula yang berlebihan.
Apa sebenarnya fakta medis di balik anggapan ini? Hiperaktivitas sering diasosiasikan dengan anak yang tidak bisa diam.
Penting untuk membedakan antara anak yang hanya sangat aktif dan anak dengan kondisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
BACA JUGA:5 Risiko Kesehatan Serius Bagi Wanita Perokok
Anak dengan ADHD menunjukkan tingkat aktivitas yang jauh lebih tinggi, kesulitan memusatkan perhatian, dan masalah dalam belajar.
Fakta di Balik Anggapan Gula Membuat Anak Hiperaktif
Banyak orang percaya bahwa konsumsi gula berlebih dapat membuat anak menjadi hiperaktif, sering disebut dengan istilah "sugar rush."
Meskipun gula dapat cepat diubah menjadi energi, belum ada bukti medis yang kuat yang menunjukkan bahwa konsumsi gula secara langsung menyebabkan hiperaktivitas.
BACA JUGA:Leunca, Kandungan Nutrisi Dan Manfaatnya Untuk Kesehatan Tubuh
Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan memiliki peran lebih besar dalam memicu hiperaktivitas pada anak daripada pola makan.
Selain itu, kepercayaan orang tua terhadap mitos ini dapat mempengaruhi perilaku anak.
Misalnya, ketika orang tua mengatakan, “Hati-hati, nanti habis makan banyak kue, kamu pasti lari-larian terus,” anak bisa terdorong untuk menjadi lebih aktif setelah makan kue.
Pentingnya Membatasi Konsumsi Gula pada Anak
BACA JUGA:Dampak Jarang Melakukan Olahraga, Mengapa Kesehatan Harus Diprioritaskan!
Meskipun belum terbukti bahwa gula menyebabkan hiperaktivitas, tetap penting untuk membatasi asupan gula pada anak.
Berikut beberapa alasan untuk mempertimbangkan pembatasan gula:
- Kekurangan Gizi:
Makanan tinggi gula biasanya rendah nutrisi penting seperti vitamin dan mineral, sehingga bisa menyebabkan anak kekurangan gizi.
BACA JUGA:Lebih Sehat daripada Susu Sapi. Ini Segudang Manfaat Susu Almond Bagi Kesehatan
- Risiko Obesitas: