KORANPAGARALAMPOS.CO - Pasir Mesir kuno menyembunyikan rahasia di luar piramida dan firaun.
Di dalam hieroglif di dinding kuil terdapat narasi yang berbeda—di mana ratu bukan hanya permaisuri tetapi arsitek kekuasaan.
Hatshepsut, sebuah nama yang dibisikkan dari generasi ke generasi, menolak batas-batas kandang emas.
Dia mengenakan pakaian Firaun dalam pemberontakan diam terhadap tradisi.
BACA JUGA:Berikut Obat Masuk Angin Yang Aman Untuk Moms Yang Sedang Menyusui
Pemerintahannya, ditandai dengan kemakmuran dan monumen-monumen besar, berdiri sebagai bukti seorang wanita memegang tongkat dengan kekuatan tak tergoyahkan.
Cleopatra, di sisi lain, menguasai tarian diplomasi.
Dengan kecerdasan licik dan sentuhan skandal, dia menavigasi dunia yang didominasi oleh raksasa Romawi.
Warisannya menekankan kekuatan pikiran seorang wanita, menjalin aliansi dan membentuk sejarah.
BACA JUGA:Tempat Wisata Bersejarah di Kabupaten Semarang, Benteng Fort Willem I Ambarawa Direvitalisasi
Ratu-ratu ini tidak pernah mengeluarkan dekrit yang menuntut kekuasaan perempuan.
Kekuatan mereka terletak pada tindakan, bukan kata-kata.
Mereka membuktikan bahwa kepemimpinan bukanlah hak kesulungan yang disediakan untuk pria tetapi permadani yang ditenun dengan kecerdasan, keberanian, dan kemauan untuk membentuk takdir suatu bangsa.
Hari ini, saat seruan untuk kesetaraan bergema di seluruh dunia, ratu-ratu ini menjadi lebih dari sekadar tokoh sejarah.