BACA JUGA:Mencicipi Pemandian Air Panas yang Banyak Manfaat di Semarang, Simak!
Kalau tutup mulut agar tidak ketahuan istri tidak ada urusan dengan hukum. Tapi ini terkait agar tidak ada informasi negatif tentang capres maka jadi masalah hukum.
Pukulan kedua itu datangnya dari saksi kunci berikutnya: Michael Cohen. Ia orang kepercayaan Trump lebih 10 tahun. Saking dekatnya sampai mendapat julukan ''Mr Fix"'-nya Trump. Artinya: kalau ada masalah yang kurang lurus di tubuh Trump, Cohen-lah yang harus membenahi. Termasuk bagaimana agar hubungan dengan wanita tadi bisa beres.
Sialnya Trump pecah kongsi dengan Cohen. Maka Cohen pun ''bernyanyi''. Termasuk dari mana asal uang tutup mulut itu: dari perusahaan Trump. Hanya saja di buku pengeluaran tidak ditulis begitu. Ini dianggap melanggar praktik hukum bisnis.
Bisa saja Trump menolak pengakuan saksi kunci. Tapi Cohen ternyata punya rekaman pembicaraan mereka. Waktu itu Cohen merekamnya. Tinggal apakah perekaman gelap seperti itu sah di pengadilan.
BACA JUGA:Kocak! Ini Sinopsis Film Fast and Feel Love yang Dibintangi Nat Kitcharit
Masalahnya: yang akan menentukan salah atau tidak nanti bukan ahli hukum. Bukan hakim. Yang menentukan adalah dewan juri: tujuh orang. Mereka tidak berpegang pada pasal-pasal hukum. Mereka berpegang pada rasa keadilan: salah atau tidak.
Sepanjang Selasa sampai Kamis lalu Trump harus ke pengadilan setiap hari. Alangkah kesalnya. Baru Jumat-Sabtu-Minggu ia libur sidang. Ia gunakan waktu tiga hari itu untuk kampanye Pilpres. Selasa depan mulai lagi. Tiap hari lagi. Inilah kali pertama seorang mantan presiden Amerika menjadi pesakitan kriminal.
Dan Anda tahu: masih ada empat perkara kriminal lain yang menunggu. Dari empat itu rasanya hanya soal uang tutup mulut ini yang bisa mencapai vonis sebelum Pilpres November depan.
Hanya fighter sekelas Trump mampu menghadapi serangan dari delapan penjuru angin seperti itu. Trump adalah pendekar tupai melompat. Belum tentu kali ini pun sang tupai terjatuh. (*)