Mengungkap Sejarah Pura Uluwatu di Bali
Mengungkap Sejarah Pura Uluwatu di Bali-Net-Net
BACA JUGA:The Blues ke Semifinal Piala FA, Mauricio Pochettino Sentil Suporter
Dengan demikian nampaknya lebih tepat kalau dikatakan bahwa Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu dibuat pada zaman Dang Hyang Dwijendra yaitu abad XVI.
Karena Dang Hyang Dwijendra-lah yang memperluas Pura Luhur Uluwatu.
Setelah kita masuk ke jeroan (bagian dalam pura) kita menjumpai bangunan yang paling pokok yaitu Meru Tumpang Tiga tempat pemujaan Dewa Siwa Rudra.
Bangunan yang lainnya adalah bangunan pelengkap saja seperti Tajuk tempat meletakkan upacara dan Balai Pawedaan tempat pandita memuja memimpin upacara.
BACA JUGA:Suku Gayo Salah Satu Etnis Tertua di Nusantara, Begini Sejarahnya
BACA JUGA:Fakta Sejarah Dibalik Candi Brahu Mojokerto
Upacara piodalan atau hari raya besar di Pura Uluwatu jatuh pada hari Kliwon, wuku medangsia.
Dikisahkan ketika pada suatu hari pada anggara kliwon wuku medangsia Dhangyang Dwijendra diberi wahyu dari Tuhan pada hari itu juga beliau harus pergi ke sorga.
Pendeta Hindu asal Jawa Timur yang juga menjadi bhagawanta (pendeta kerajan) Gelgel pada masa keemasan Dalem Waturenggong sekitar 1460-1550, merasa bahagia karena saat yang dinanti-nantikannya telah tiba.
Namun, pendeta yang juga memiliki nama Danghyang Nirartha itu masih menyimpan satu pusataka yang bakal diberikan kepada putranya.
BACA JUGA:Jejak Peradaban Suku Kerinci, Menelusuri Sejarah dan Kebudayaan yang Kaya
BACA JUGA:Jejak Sejarah Suku Komering Sumatera Selatan
Di bawah ujung Pura Uluwatu, tampak seorang nelayan bernama Ki Pasek Nambangan.
Danghyang Dwijendra meminta agar Ki Pasek Nambangan mau menyampikan kepada anaknya, Empus Mas di desa Mas bahwa Danghyang Dwijendra menaruh sebuah pustaka di Pura Luhur Uluwatu.