Angka Digital
Disway--Disway
BACA JUGA:Musim Hujan, Ajak Warga Jalankan PHBS
TPS tempat Harun bertugas agak jauh dari rumah Anda: di Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Harunlah yang selama dua hari menemani saya di Riyadh: Senin-Selasa lalu.
Kesulitan menuliskan angka itu juga diakui Dhina Khairianniyah di Mojokerto. Dari Riyadh saya banyak bertanya ke Dhina: pakai WA.
"Kalau nulis angkanya tidak sesuai dengan bentuk yang diinginkan OCR tidak bisa difoto," ujar Dhina.
Anda sudah tahu, OCR adalah optical character recognition, alat optik pengenal huruf.
BACA JUGA:Optimalkan Pekarangan Rumah
Di TPS Mojokerto Dhina mendapat tugas sebagai juru foto hasil rekap Pemilu. Dia seorang bidan. Alumni Stikes PPNI Mojokerto. Dhina juga ikut pelatihan cara memotret hasil rekap suara di TPS.
Seperti wanita pada umumnya Dhina memiliki HP merek Samsung. Dia memotret rekap dengan HP itu. HP Dhina sebelumnya pun juga Samsung.
Dhina dapat tambahan honor Rp 100.000 –biaya pengganti pulsa untuk unggah hasil pemotretannyi ke server KPU.
Memang baru di Pemilu 2024 KPU pakai sistem sirekap. Agar penghitungan suara bisa berlangsung cepat. Meski begitu penghitungan manual tetap dilakukan. Sebagai dokumen hukum hasil Pemilu.
BACA JUGA:Kenalkan Bahaya Kebakaran Sejak Dini
Dari foto yang diunggah orang seperti Harun dan Dhina itulah pergerakan suara di real count KPU bersumber. Anda sudah tahu: angkanya loncat-loncat. Menurut Harun banyak kasus angka delapan itu terbaca nol. Ini harus dievaluasi untuk penyempurnaan ke depan.
Sebenarnya sudah ada pola yang disediakan sirekap di kertas rekap angka. Ada kotak-kotak untuk angka. Di dalam kotak itu ada titik titik kecil. Saat petugas menuliskan angka tinggal menghubungkan titik titik itu menjadi bentuk sebuah angka. Jadilah angka gaya digital.
"Kan kotak angkanya kecil, saya mengalami kesulitan menghubungkan titik titik itu," ujar Harun.
Kenapa bertugas di bagian rekap?