Tenda Perusuh
Tenda Perusuh--Tomy/Pagaralampos
BACA JUGA:Musim Hujan Bukan Lagi Masalah, Syahidah Laundry Hadir Jadi Solusi Praktis
Anda masih ingat, pernah ada mobil listrik warna hijau. Sederhana. Itulah mobil listrik pertama di Indonesia. Yang membuatnya: seorang sarjana tehnik mesin ITB, Dasep Ahmadi.
Foto itu saya abadikan karena menjadi simbol sulitnya memperjuangkan mobil listrik di Indonesia: Kang Dasep sampai masuk penjara. Dan saya sempat jadi tersangka.
Waktu itu saya dan Kang Dasep ingin Indonesia punya mobil nasional --dan itu harus mobil listrik. Bukan mobil bensin.
Di mobil bensin kita sudah terlalu jauh ketinggalan. Tidak masuk akal kalau kita harus mengejarnya --biar pun itu anak-anak SMK dari Solo.
BACA JUGA:Korban Meninggal Banjir Bandang Sumatra 914 Jiwa
Kalau mau punya mobil nasional haruslah mobil listrik. Kesempatan masih terbuka --untuk jadi tuan rumah di mobil listrik. Saat itu --15 tahun lalu?-- seluruh dunia baru mulai mencoba bikin mobil listrik. Semua masih coba-coba.
Kami pun mencoba. Hasilnya mobil hijau itu. Berhasil. Saya mencoba mengendarainya dari Depok ke kantor BPPT di Jalan Thamrin. Tanpa AC. Diisi empat orang.
Ketika berhasil sampai di Semanggi, betapa bangga hati kami. Mobil listrik buatan Indonesia bisa melaju dari Depok sampai Semanggi Jakarta. Tinggal beberapa kilometer lagi sampai tujuan: kantor BPPT di Jalan Thamrin.
BACA JUGA:Kopi Raden Kuning Mendunia, Ekonomi Kreatif Kian Melaju
Tapi, begitu sampai bundaran HI, sudah terasa baterai akan habis. Doa pun kami lipat gandakan: semoga bisa sampai BPPT. Tinggal kurang satu lemparan batu lagi!
Doa tidak terkabul. Kurang beberapa puluh meter dari BPPT mobil sudah tidak bisa dipaksa jalan. Kami pun meminggirkan mobil. Agar tidak mengganggu lalu lintas.
Kalau saja hanya diisi tiga orang pastilah tidak kehabisan listrik di jalan. Tapi namanya saja uji coba. Bukan pencitraan. Harus apa adanya.
Tentu kami malu. Tapi bangga. Saya sudah tahu akan banyak yang mencibirkannya. Saya tetap tersenyum. Pun saat turun dari mobil itu.