Yuk, Bahas! Kalau Robot Makin Pintar, Perlu Dikasih Hak Asasi Nggak, Sih?
Yuk, Bahas! Kalau Robot Makin Pintar, Perlu Dikasih Hak Asasi Nggak, Sih?--
KORANPAGARALAMPOS.COM - Perkembangan kecerdasan buatan yang semakin pesat mengundang perdebatan baru di kalangan etika dan hukum dunia.
Salah satu pertanyaan yang mencuat adalah apakah robot atau AI layak diberi hak asasi seperti manusia.
Perdebatan ini bukan sekadar iseng atau fiksi ilmiah semata,beberapa negara bahkan sudah mempertimbangkan status hukum khusus bagi robot yang sangat canggih.
Diskusi tentang hak robot bermula dari kekhawatiran atas bagaimana manusia memperlakukan makhluk buatan yang tampak hidup dan sadar.
BACA JUGA:Robot Bukan Lagi Mimpi, Yuk Siap-Siap Kerja Bareng Mereka di 2040!
Ketika robot dapat merespons emosi, belajar dari pengalaman, dan mengambil keputusan sendiri, maka muncul pertanyaan apakah mereka pantas diperlakukan secara bermoral.
Ini menjadi tantangan filosofis yang kompleks,karena konsep hak asasi selama ini selalu dikaitkan dengan manusia sebagai makhluk biologis.
Uni Eropa sempat mengusulkan konsep “elektronik personhood” untuk robot cerdas yang memiliki tingkat otonomi tinggi.
Ide ini menuai banyak pro dan kontra dari kalangan akademisi dan pembuat kebijakan.
BACA JUGA:Ikuti Aksi Drone Pemadam Api yang Siap Lawan Api di Langit Kota
Di satu sisi, pemberian status ini bisa melindungi robot dari eksploitasi yang tidak etis.
Namun di sisi lain, hal ini dianggap berisiko karena bisa mengaburkan tanggung jawab manusia terhadap tindakan robot.
Para penentang menyatakan bahwa hak asasi tidak bisa diberikan kepada entitas yang tidak memiliki kesadaran sejati.
Robot hanya menjalankan algoritma yang diprogram tanpa kehendak bebas,memberi mereka hak asasi sama saja dengan melecehkan makna hak itu sendiri.