Awasi Ketat Distribusi Telur Konsumsi

Awasi Ketat Distribusi Telur Konsumsi--Pagaralam Pos

KORANPAGARALAMPOS.COM – Lonjakan konsumsi telur sebagai sumber protein terjangkau di masyarakat membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan memperketat pengawasan terhadap rantai distribusi produk tersebut. Langkah ini dilakukan guna mencegah potensi kontaminasi bakteri yang dapat terjadi pada setiap tahap, mulai dari peternakan hingga ke pasar ritel.

Pejabat Otoritas Veteriner Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, Jafrizal, mengatakan bahwa telur merupakan salah satu produk hewani dengan risiko tinggi apabila tidak ditangani secara higienis. Menurutnya, keamanan telur perlu dijamin sejak awal proses produksi agar kualitas gizi tetap terjaga saat sampai di tangan konsumen.

“Keamanan pangan hewani bukan hanya tanggung jawab peternak, tapi juga seluruh pelaku usaha yang terlibat dalam distribusinya. Setiap titik penyimpanan dan penjualan memiliki potensi terjadinya kontaminasi bila tidak dikelola dengan baik,” ujarnya.

BACA JUGA:Perkuat Kolaborasi Lintas Sektoral

Ia menjelaskan, pengawasan berlapis kini mulai diterapkan dengan melibatkan petugas lapangan DKPP dan dinas kabupaten/kota. Pemeriksaan dilakukan terhadap kebersihan lokasi penyimpanan, suhu tempat penyimpanan telur, hingga sanitasi pekerja yang menangani produk.

Salahsatu instrumen penting dalam sistem pengawasan tersebut adalah Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Sertifikat ini menjadi tanda bahwa suatu usaha di bidang pangan asal hewan telah memenuhi standar higiene dan sanitasi.

“Masih banyak yang beranggapan NKV hanya diperlukan untuk peternakan, padahal gudang, tempat pengolahan, kios, bahkan toko ritel juga wajib memilikinya. Risiko kontaminasi bisa muncul di mana saja sepanjang rantai distribusi,” tegasnya.

BACA JUGA:Aktivitas Vulkanik Terekam Stabil

Lebih lanjut Jafrizal mengingatkan bahwa telur yang awalnya sehat dapat berubah menjadi berbahaya apabila disimpan di tempat kotor, terkena debu, atau dibiarkan pada suhu yang tidak sesuai standar. 

Ketidakteraturan pengelolaan suhu dapat mempercepat pertumbuhan bakteri pada cangkang maupun isi telur. “Kelemahan di satu titik saja bisa menurunkan mutu keseluruhan produk. Karena itu, pengawasan harus konsisten, tidak bisa hanya sesekali,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa kepemilikan NKV bukan sekadar dokumen administratif, tetapi merupakan bagian penting dari sistem jaminan mutu produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Dengan adanya sertifikat ini, para pelaku usaha juga mendapatkan pembinaan dan edukasi untuk menerapkan praktik pengelolaan pangan hewani yang baik.

“Harapan kami, pembinaan yang dilakukan secara berkelanjutan dapat meningkatkan kesadaran pedagang dan pelaku usaha dalam menjaga standar keamanan pangan. Dengan begitu, telur yang dikonsumsi masyarakat benar-benar menjadi sumber gizi, bukan sumber penyakit,” tutupnya. (Reza20)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan