Ikut Cahaya
Disway--Disway
BACA JUGA:Awali Tahun 2024 dengan Mendaki Gunung Bromo, Inilah 7 Daya Tarik Gunung Bromo, bikin Ga mau Pulang!
Kami pun akrab. Lalu muter-muter di street walk. Semua kafe, toko, dan resto masih tutup. Kami pun memutar mencari jalan balik. Saya tidak berhasil masuk Disneyland. Tapi di luarnya pun sudah terhibur. Ada danau besar sekali. Ada patung Donald Bebek raksasa di atas danau itu. Tadi seperti gajah di pelupuk mata. Tidak terlihat. Konsentrasi pada antre,
labirin dan loket. Sekarang puncak ekspektasi sudah lewat. Kurva sudah menurun. Hati sudah tenang –setelah bertemu juru selamat. Kami bisa berjalan santai di tepi danau.
Hody-lah yang membelikan tiket kereta. Ia sendiri pakai tiket langganan. Tidak heran. Tiket terusan Disneyland saja ia punya, apalagi tiket kereta bawah tanah. Jangan-jangan ia juga punya tiket terusan pesawat luar angkasa.
"Bagaimana kalau kita ke museum Natural History? Pernah ke sana?" tanyanya.
BACA JUGA:Keren Abisss! Inilah Keindahan Gunung Bromo yang Sangat Memanjakan Mata Wisatawan
"Mau! Belum pernah".
Maka di stasiun berikutnya kami pindah kereta jurusan museum.
"Museumnya menarik. Gedungnya 5 lantai ke bawah," katanya.
Baru kali ini ke Shanghai masuk museum. Saya ingin membandingkan. Saya pernah ke museum Natural History yang di New York. Di sebelah Central Park itu.
BACA JUGA:Inovasi Tanpa Batas, Ini Dia Desain dan Performa Polytron Fox-R!
Yang di Shanghai ini juga menarik. Lengkap.
Ini hari Sabtu. Begitu banyak pengunjung. Antreannya panjang juga. Sampai diputar di labirin juga. Gila. Masuk museum seperti masuk konser.
Mayoritas pengunjung adalah suami-istri yang menggandeng anak kecil. Atau hanya ibu dan anak kecilnyi. "Di Shanghai, hari Sabtu adalah hari anak," ujar Hody. "Orang tua pasti mengajak anak jalan-jalan di hari Sabtu," tambahnya.
Mendengar kata-kata Hody itu sebilah belati seperti menusuk di ulu hati. Saya tidak pernah melakukan itu di masa lalu. Saya tidak pernah punya hari Sabtu. Pun hari Minggu. Lebaran pun koran tetap saya minta terbit. Begitu bangga, kala itu, disebut sebagai pelopor banyak hal di dunia media.