Sebelum Diharamkan MUI, Ini Festival Sound Horeg yang Memakan 4 Korban Jiwa

KORANPAGARALAMPOS.COM - Fenomena sound horeg, yang melibatkan truk dengan sound system yang besar, kian marak di berbagai tempat.

Meskipun tujuannya adalah untuk menghibur, keberadaannya sering kali menimbulkan masalah, bahkan berakibat pada hilangnya nyawa.

Sebelumnya, terjadi kontroversi ketika Pondok Pesantren Besuk di Kabupaten Pasuruan secara resmi menjatuhkan fatwa haram untuk penggunaan sound horeg.

Salah satu alasan yang diungkapkan adalah suara bising yang bisa merusak pendengaran.

BACA JUGA:Sejarah dan Asal-Usul Sound Horeg: Ada Sejak 2000-an

Dalam beberapa kejadian, suara yang dihasilkan bisa mencapai 135 dB, jauh melebihi batas aman bagi telinga manusia yang hanya 85 dB.

Fatwa ini mendapat dukungan dari MUI Jawa Timur, PCNU Pasuruan, hingga beberapa anggota DPR.

Meskipun MUI Jatim belum mengeluarkan fatwa resmi, kemungkinan untuk mengambil langkah serupa tidak tertutup jika masyarakat terus merasa terganggu.

Selain masalah kebisingan, beberapa event sound horeg juga telah menyebabkan kejadian tidak diinginkan, mulai dari pecahnya kaca rumah warga hingga korban yang mengalami cedera dan kehilangan hidup.

BACA JUGA:Tahu Tek Khas Malang yang Viral di Media Sosial, Kamu Sudah Coba? Simak Resep Ini

1. Pemuda Pasuruan Tewas Usai Jatuh dari Truk Sound Horeg

Salah satu kejadian tragis yang berkaitan dengan sound horeg terjadi di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Seorang pemuda berinisial S (21), yang tinggal di Desa Semedusari, Kecamatan Lekok, telah kehilangan nyawanya setelah terjatuh dari tumpukan sound system yang diangkut dengan truk.

Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 April 2024. Saat itu, S bersama tujuh orang temannya sedang naik di atas tumpukan peralatan sound yang dibawa oleh truk.

Mereka dalam perjalanan untuk mengangkut sound horeg dari Balai Desa Semedusari menuju Pantai Pasir Panjang di Desa Wates, tempat di mana acara hiburan direncanakan akan berlangsung.