1000 Quanzhou

Disway--Disway

Saya tidak terlalu paham isinya. Logatnya sangat lokal. Bicaranya cepat pula. 

BACA JUGA:Wapada, Sedini Mungkin Cegah DBD

Rasanya ia bicara soal perlunya mengenal Allah dan mengenal diri sendiri. Dari wajahnya terlihat ia orang Tionghoa suku Hui. Bacaan Qurannya fasih sekali.

Sudah 20 menit ia bicara. Belum terlihat akan berakhir. Lama sekali. Tiga orang yang duduk di deretan depan saya tampak mulai gelisah. Mereka saling bisik. Mereka tidak mengerti bahasa Mandarin. Badan mereka besar-besar. Berjenggot. Pasti bukan orang Hui. 

Setelah berbisik, yang paling besar bangkit dari duduk. Ia berdiri bergeser agak ke kiri. Ia seperti mau salat. Ia menengok ke dua temannya yang masih duduk. Kepalanya menolehkan wajah. Itu isyarat agar yang dua mengikuti apa yang ia kerjakan.

Tiga orang itu pun salat berjamaah. Dua rakaat. Lalu keluar masjid. Yang ceramah masih terus berceramah.

BACA JUGA:Tingkatkan Keandalan Pasokan Listrik

Saya bergegas bangkit dari duduk. Saya kejar mereka keluar masjid. Sempat. Mereka masih harus pakai sepatu.

''Saya dari Indonesia. Kalian dari mana?''

''Dari Turkiye''.

''Saya baru sekali ini ke masjid ini. Apakah kalian juga baru sekali?''

BACA JUGA:Albareta Zaidan Butuh Uluran Tangan

''Iya. Baru sekali ini''.

''Tadi itu kalian salat duhur?''

''Iya. Ada meeting jam 15.00. Takut terlambat,'' kata yang besar.

Tag
Share