Jalur Sutra, Nadi Perdagangan Dunia yang Hilang Ditelan Sejarah

Jalur Sutra, Nadi Perdagangan Dunia yang Hilang Ditelan Sejarah-pagaralampos-kolase

KORANPAGARALAMPOS.COM - Jalur Sutra merupakan salah satu jaringan perdagangan dan budaya paling penting dalam sejarah manusia. 

Lebih dari sekadar rute fisik yang menghubungkan Asia dan Eropa, jalur ini juga menjadi medium utama pertukaran ide, kepercayaan, dan teknologi selama berabad-abad.

Jalur ini terbentang dari wilayah Tiongkok di timur hingga ke pesisir Mediterania di barat, melintasi berbagai bentang alam yang menantang seperti gurun pasir, pegunungan tinggi, dan lautan luas. 

Tidak hanya jalur darat, jalur laut juga menjadi bagian integral dari jaringan ini, menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Timur.

BACA JUGA:Selain Wisata Sejarah, 7 Kuliner Demak Ini Wajib Dicoba!

Asal mula Jalur Sutra dapat ditelusuri ke masa Dinasti Han di Tiongkok sekitar abad ke-2 sebelum Masehi. 

Pada masa itu, Kaisar Han mengutus seorang diplomat bernama Zhang Qian ke Asia Tengah untuk membuka jalur perdagangan dan diplomasi. 

Misi ini membuka jalan bagi pertukaran barang dan budaya yang kemudian dikenal sebagai Jalur Sutra.

Nama “Jalur Sutra” sendiri diberikan oleh seorang geografer Jerman, Ferdinand von Richtoven, pada akhir abad ke-19. 

BACA JUGA:Wisata Lengkap di Jambi, Alam, Budaya, dan Sejarah dalam Satu Provinsi

Namun, istilah ini hanya sebagian kecil dari jaringan perdagangan yang sesungguhnya sangat luas dan beragam. 

Di sepanjang jalur ini, sutra adalah salah satu komoditas utama yang diperdagangkan, namun juga terdapat rempah-rempah, keramik, logam mulia, hingga teknologi baru seperti kertas dan bubuk mesiu.

Lebih dari sekadar barang, Jalur Sutra memungkinkan penyebaran berbagai agama dan budaya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan