Doa Sritex

Disway--Pagaralam Pos
Pengadilan memutuskan: homologasi. Perdamaian. Diaturlah perpanjangan pembayaran. Agar beban Sritex lebih ringan. Sritex bisa menyicil utang itu. Ada jadwal penyicilan yang disepakati.
Pembayaran cicilan itu pun berlangsung lancar. Sudah empat bulan. Tiba-tiba Sritex mendapat info: tagihan salah satu pemasoknya sudah dibayar lunas oleh perusahaan asuransi. Berarti Sritex tidak perlu menyicil lagi ke salah satu kreditornya itu: PT Indo Bharat.
BACA JUGA:PLN ULP Pagaralam Siap 24 Jam Selama Ramadhan
Indo Bharat keberatan. Bahwa ia dibayar asuransi itu urusannya sendiri. Tidak ada hubungan dengan Sritex. Ia memang mengasuransikan tagihannya ke Sritex. Ketika Sritex tidak bisa membayar perusahaan asuransilah yang membayar.
Sritex menggugat Indo Bharat. Indo Bharat marah. Ia ajukan gugatan pailit ke pengadilan. Menang, dalam perjanjian kesepakatan homologasi tertulis: begitu cicilan tidak dibayar Sritex langsung pailit. Pailit final.
Sayang sekali. Padahal cicilan ke Indo Bharat termasuk kecil dibanding ke yang lain. Utang ke Indo Bharat juga tergolong kecil: sekitar Rp 80 miliar --dari total utang Ro 16 triliun.
Pengadilan pun dengan mudah memutuskan: Sritex pailit. Sritex nyata-nyata gagal bayar cicilan, apa pun penyebabnya.
BACA JUGA:Kelurahan Tumbak Ulas Gelar Khatmil Qur’an dan Kajian Ramadhan ke III
Tapi upaya untuk berkelit dari pailit terus diupayakan. Termasuk secara politik. Jumlah buruh Sritex yang mencapai lebih 30.000 menjadi "kartu As".
Gagal.
Maka tanggal 1 Ramadan kemarin resmi Sritex pailit. Pabrik ditutup. Hak-hak karyawan jelas: PHK. Lalu akan menerima pesangon sesuai dengan hukum perburuhan yang berlaku.
Semoga perusahaan masih punya uang di kasnya untuk pembayaran pesangon ini. Kalau tidak, harus menunggu Sritex laku dijual. Hasil penjualan perusahaan ini akan diprioritaskan untuk membayar pajak-pajak dan pesangon karyawan. Selebihnya dibagi secara proporsional kepada para kreditor.
BACA JUGA:Cobain Resep Kolak Pisang Ubi Durian, Olahan Segar Buka puasa?
Maka setelah ini akan ada lelang. Bisa terbuka. Bisa tertutup. Terserah kurator. Bisa dilelang parsial atau global. Terserah kurator. Bisa tanahnya dijual sendiri, pabriknya dijual sebagai besi tua, terserah kurator. Atau dijual ke pabrik tekstil lain yang ingin ekspansi. Terserah kurator.
Maka pabrik-pabrik tekstil besar kini berlomba mengincar mayat Sritex. Tidak hanya pabrik di dalam negeri. Juga pabrik tekstil dari luar negeri. Anda sudah bisa mengira: hanya perusahaan tekstil dari Tiongkok yang mampu membeli mayat begitu mahalnya.